.:JunHee Veiled:. Kill Me, Heal Me

04

 

Kill Me, Heal Me || JunHee Universe, Angst, Romance, Family, Friendship || Oneshot || PG15

Kim Joonmyun / EXO Suho || Oh Jaehee / OC || ETC

© neez

Bikinnya sambil ngantuk, pasti typo menggelora~

 

 

Sejak Jaehee memintanya untuk mengejar Joohyun dari apartemennya, Joonmyun tidak pernah lagi melihat gadis itu. Jangankan melihat, Jaehee mulai kembali menghilang seperti sebelumnya. ID Line-nya kembali menghilang, nomor ponsel pemberian Minseok pun sudah tidak aktif kembali, dan ketika Joonmyun kembali ke apartemennya, petugas mengatakan bahwa Nona Oh, sudah meninggalkan apartemen di hari yang sama saat Joonmyun pergi. Dan sejak saat itu, hingga saat ini, menurut petugas yang sudah Joonmyun tanya nomor ponselnya, Jaehee tidak pernah kembali.

   Sejujurnya, Joonmyun mulai lelah dengan sikap Jaehee yang selalu lari, lari, lari, dan berlari. Kenapa Jaehee tidak mau berjuang lagi? Apa hanya karena kata-katanya tempo hari? Ayolah, Jaehee mengatakan bahwa ia harus mengejar Joohyun, dan dia melakukannya. Tapi apakah itu membuatnya menjauhi Jaehee? Tidak! Dia sudah tahu diri sekarang, bahwa dia belum bisa melakukan hal itu.

   Dia membodohi dirinya sendiri dengan mengusir Jaehee, demi melindungi dirinya dari sakit hati dan fakta bahwa Jaehee berselingkuh di belakangnya. Ya, ia selalu takut jika wanita yang ia cintai sepenuh hati, akan menusuk dan mengkhianatinya dari belakang. Ia sudah cukup merasakan banyak pengkhianatan dalam hidupnya, dan dia tidak mampu jika gadis yang ia cintai juga melakukan ini kepadanya.

   ”Aku… tidak bisa melakukan ini.” Joonmyun menunduk. Malu pada dirinya sendiri, malu pada sikapnya, dan ia takkan meminta pengampunan dan maaf dari gadis yang berdiri sambil menangis di hadapannya ini. Kini, ia sadar, bahwa dengan berusaha membentengi dirinya sendiri, ia tidak hanya menyakiti dirinya, tetapi ia bahkan membawa orang yang tidak berasalah untuk ikut merasakan sakit yang kini ia rasakan.

   Joohyun terguncang-guncang bahunya, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tidak menjawab, namun bisa mengontrol suara tangisannya setelah Joonmyun berhasil mengejarnya.

   ”Aku memang laki-laki yang buruk. Aku telah melakukan hal buruk kepadamu…” Joonmyun menunduk. ”Aku tahu kata maaf tidak akan membantumu, bahkan aku tidak pantas mendapatkan maafmu. Aku tahu sudah sejak awal, tidak seharusnya aku membawa-bawa dirimu dalam masalahku… aku, aku sangat menyesal, Joohyun-ah.”

   Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tangisan dan isakkan Joohyun berhenti juga. Gadis cantik itu mengangkat wajahnya, yang sudah basah bersimbah oleh air mata, ia menatap Joonmyun dalam-dalam.

   ”Apa… apa dia begitu spesial?”

   Joonmyun mendongak. Ia kaget dengan pertanyaan Joohyun barusan. Seolah-olah Joohyun sudah mengetahui hal ini. Apakah sudah begitu jelas? Bahwa ia tidak mencintai Joohyun? Dan memikirkan gadis lain?

   ”Jawab aku, apa dia begitu spesial?”

   Menelan ludah, Joonmyun tersenyum kecut. ”Kalian berdua sama-sama spesial… tapi, bagiku… dia sangat sangat spesial.”

   Air mata kembali menggenang di pelupuk mata Joohyun.

   ”Aku mengajakmu berkencan, sama sekali tidak ada niat untuk mempermainkanmu, Joohyun-ah,” Joonmyun kembali menjelaskan, apa yang sebenarnya ada dalam hatinya. ”Aku bukanlah laki-laki yang terlalu menggenggam masa lalu. Jika aku berpisah, aku akan mencari penggantinya… dan aku akan mencintainya sepenuh hati…”

   ”Lalu… kenapa…?”

 ”Aku… tidak tahu…” Joonmyun menggeleng, wajahnya saja sudah terlihat seperti orang yang tersesat. ”Kau tahu kenapa dia spesial? Ya, karena ini… karena aku menggenggam masa laluku dengannya, sesuatu yang tidak pernah aku lakukan untuk mantan kekasihku sebelumnya.”

 Bibir Joohyun bergetar.

   ”Aku ingin sekali melupakannya…” Joonmyun tersenyum sedih, ”Aku ingin sekali membuang semua kenangan tentangnya. Tapi kali ini, aku tidak bisa… aku tidak berhasil melakukannya, Joohyun-ah. Dan itu bukan salahmu… itu salahnya,” kekeh Joonmyun sedih, ”Dia begitu kejam, membawa hatiku, tanpa pernah meminta. Dan dia membuatku menyakitimu…”

   Joohyun menunduk sebentar, menghapus air mata yang kembali menggenang dan kini ia mendongak, tersenyum. ”Aku memang kecewa, tapi… kurasa aku mengerti maksudmu. Aku… senang, kau jujur…”

   ”Anhi, aku…”

   ”Gwenchana,” Joohyun tersenyum, entah benar-benar tulus atau dia hanya berusaha menguatkan dirinya. Apa pun itu, Joonmyun semakin tidak enak melihatnya. ”Kurasa…” dia menghela napas, sedikit melihat ke kejauhan, ”Lebih baik seperti ini, dibandingkan kepura-puraan… aku tidak akan berbohong mengatakan aku tidak sedih, karena… yah… aku benar-benar menyukaimu…”

   Joonmyun menunduk. Dia benar-benar merasa bersalah sudah mempermainkan perasaan orang lain.

   ”Dan kau tahu, aku tahu kau tidak berbohong… karena, meski kita tidak terlalu dekat… aku tahu siapa kau…” Joohyun akhirnya menatap kedua bola mata cokelat Joonmyun, ”Aku tahu siapa kau, aku tahu latar belakangmu… aku tahu dengan siapa saja di SM kau pernah berkencan, dan… aku tahu ketika kau mengajakku berkencan kau memang serius.” Joohyun tersenyum tipis, ”Dan, aku merasa beruntung kau telah berpikir bahwa aku mungkin tepat untukmu… meski kita mungkin tidak seharusnya bersama.”

   ”Joohyun-ah…”

”Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan,” setetes air mata mengalir dari mata indah itu, ”Aku sangat… bahagia selama bersamamu.” Dia mengangguk-angguk. ”Dan aku tidak tahu apa yang membuatmu dan gadis bernama Jaehee itu berpisah… tetapi aku yakin dia gadis yang baik, itu sebabnya kau jatuh cinta padanya. Aku harap… aku mendoakan… kalian bisa menyelesaikan masalah kalian… dan… Kim Joonmyun, aku memutuskanmu!” kekeh Joohyun sambil mengusap air matanya, ”Setidaknya… boleh kan? Aku yang memutuskanmu…”

*           *           *

Jaehee’s Apartement

(Sesaat setelah Joonmyun pergi mengejar Joohyun)

 

Eomma~”

   Nampaknya Haejin bisa mendengar betapa gemetar dan putus asanya suara putrinya. ”Nak, ada apa denganmu?” tanyanya khawatir.

   ”Eomma~ aku… nampaknya aku tidak bisa melanjutkan ini, Eomma… aku aku…” Jaehee gemetaran, dan berusaha mengontrol suaranya, tetapi tangisannya tetap membandel dan seolah-olah berdemo hendak bersama-sama keluar dan menyerang. ”Aku… gadis yang buruk, Eomma~”

   Saat itulah Haejin tahu sesuatu sudah terjadi pada putrinya.

   ”Eomma, izinkan aku pulang…” isak Jaehee. ”Aku… tidak sanggup lagi, Eomma… aku…”

   ”Tunggu ya, Eomma kesana menjemputmu… kau boleh pulang, Nak. Kapan saja…”

 

*           *           *

Minkyu meletakkan jasnya begitu saja di sofa, membuat Jiho yang tengah duduk disana mengernyit. Minkyu bukan orang yang berantakan. Pria itu tidak akan sembarangan melempar jasnya begitu saja ke sofa.

   ”Kenapa wajahmu kusut begitu?”

   Minkyu ikut duduk di samping Jiho, di sofa, sambil langsung begitu saja merebut chips dari genggaman Jiho, dan memakan isinya dengan frustasi.

   ”Ya!” Jiho menyikut lengan Minkyu.

   Minkyu menghela napas dalam-dalam, ”Jaehee berhenti bekerja. Mulai sekarang, jabatannya akan diisi oleh orang baru. Dan kau bisa tebak, bagaimana tabiat bos yang baru jika kau melihat wajahku, kan?”

   ”Oh, jadi Jaehee… seperti katamu tempo hari, akan segera membuka bisnisnya sendiri?” tanya Jiho hati-hati.

   Minkyu menggeleng, menghela napas lagi. ”Rasanya kali ini usahaku sia-sia belaka… gadis itu tidak sembuh, tidak akan sembuh.”

   ”A…apa maksudmu?”

   Minkyu melirik sahabatnya tajam. ”Jaehee depresi, Lee Jiho!”

   ”De…depresi?”

   ”Ya,” Minkyu mengangguk dan berdiri, menatap Jiho dingin. ”Kau bilang kau akan menyelesaikan segalanya, kan? Dengan Joonmyun dan Jaehee? well, karena kukatakan mereka sepertinya mulai berbaikan bukan berarti masalah mereka selesai, kan?” Minkyu menghela napas lagi, ”Aku benar-benar tidak tahu siapa yang lebih bodoh diantara kalian bertiga…” dan ia berjalan gontai ke arah kamarnya meninggalkan Jiho begitu saja. ”Ah iya,” tiba-tiba Minkyu berbalik, sebelum tangannya meraih kenop pintu kamarnya, ”Kurasa Jaehee takkan kembali lagi kesini…”

   Jiho menggigit bibirnya, panik. Ia tahu, seharusnya ia sudah menyelesaikan masalahnya dengan Joonmyun sejak ia mendapatkan nomor ponsel pria itu dari Jongin. Tapi begitu ia mendengar bahwa Joonmyun dan Jaehee sudah berbaikan, ia pikir sudah tidak perlu lagi. Ia merasa, kedua orang itu sudah bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.

   Ia rasanya mau marah pada Joonmyun kenapa ia tetap tidak percaya pada Jaehee, tetapi siapa dia? Dia sadar, dia bukan orang yang berhak untuk marah, apalagi menghakimi hubungan Joonmyun dan Jaehee. Sadar betul, ia sudah kalah oleh Joonmyun bahkan sebelum kompetisi yang ia inginkan terjadi. Bahkan setelah berpisah pun, ia tetap tidak bisa mendekati Jaehee.

   Jaehee membencinya, karena perbuatannya.

   ”Aku… harus melakukan sesuatu,” dan Jiho bangkit begitu saja, berlari keluar dari unit apartemennya dan Minkyu. Ya, Jiho memutuskan, malam ini. Ia harus menemui Joonmyun malam ini juga untuk menjelaskan salah paham diantara mereka bertiga yang dimulai olehnya.

   Pintu apartemen dibuka oleh wajah kebingungan.

   ”Kau… kakaknya Hana, kan?”

   Jiho mengangguk, ”Maaf menganggu… apa… Kim Joonmyun ada?”

   Wajah laki-laki di hadapannya terlihat kebingungan, alisnya ditarik ke atas, namun ia menghela napas dan menjawab, ”Hyung pergi ke Pohang. Dia sedang ada rekaman film, kami tidak tahu kapan ia akan pulang…”

   ”Mwo?!”

   ”Kalau boleh tahu, ada apa?” tanya wajah di hadapannya ini terlihat tertarik.

   ”Kau tahu alamatnya di Pohang?”

   ”Ne?”

   ”Kumohon,” Jiho memohon dengan wajah memelas. ”Ini… demi Kim Joonmyun, demi… Jaehee… demi hubungannya dengan Jaehee.”

   Dan kini wajah di hadapannya seolah mengerti. Ia tidak mengatakan apa-apa, namun menghela napas. ”Akan kusuruh Jongin memberikannya alamat Joonmyun Hyung padamu, aku akan tanyakan padanya.”

   ”Kamsahamnida…

 

*           *           *

Chen menutup pintu apartemen dan berdecak. Ia melihat Sehun dan Baekhyun yang menoleh dari arah ruang tengah dengan penasaran.

   ”Kenapa? Siapa yang datang?”

   ”Tidak diajak masuk?”

   Chen berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas, ”Yang datang kakaknya Hana,” sahutnya.

   ”Mwo?”

   ”Untuk apa dia kesini? Mencari Jongin? Apa anak itu sudah melakukan sesuatu pada Hana hingga kakaknya datang?”

   Tangan Baekhyun melayang dan memberikan pukulan telak pada kepala belakang Sehun. ”Kau tidak lihat wajah Chen sudah lusuh begitu? Mana mungkin kalau hanya untuk urusan sesepele itu?”

   ”Aww… Hyung~”

   Baekhyun mengalihkan pandangannya pada Chen, ”Jadi, apa yang Lee Jiho mau, Chen-ah?”

   ”Dia mencari Joonmyun Hyung.”

   Sehun bahkan berhenti mengusap bagian kepala belakangnya yang sakit setelah dipukul oleh Baekhyun barusan. Ia dan Baekhyun kini saling pandang seolah berbicara dengan kedua mata mereka.

   ”Apa soal Noona?” tanya Sehun pelan.

   ”Iya, dia sampai mau menemui Joonmyun Hyung di Pohang.” Chen menghela napas, ”Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu diantara mereka bertiga. Aku sudah curiga semenjak Noona diajak berpesiar olehnya. Suho Hyung terlalu polos atau bodoh aku tidak mengerti. Dan sekarang… aku tidak tahu lagi bagaimana… kau tahu kalau Noona menghilang lagi?”

   ”Astaga!” Sehun menepuk dahinya sendiri.

   Baekhyun menggelengkan kepalanya. ”Mau sampai kapan mereka bersikap seperti bocah kecil begini? Kadang aku juga tidak memahami Noona. Kenapa dia selalu melarikan diri jika sedang ada masalah?”

   ”Kemana lagi dia? Kau tahu, Hyung?” tanya Sehun penasaran.

   Chen menggeleng. ”Dari yang Suho Hyung katakan, Jaehee Noona sudah tidak pulang ke apartemennya lagi sejak mereka terakhir kali bertemu dan bertengkar lagi.” Chen menengadahkan kepalanya sambil memejamkan matanya, ”Aku merasa bersalah sekali… kenapa aku memberikan alamat Noona pada Irene-ssi.”

   ”Ne! Kenapa kau memberikannya, astaga!” seru Sehun sambil berdiri dan mengacungkan telunjuknya.

   ”Sehun-ah, aku tidak bisa mengelak lagi… dia mencecarku dan memberikan bukti bahwa dia sudah melihat foto Jaehee Noona di ponsel Joonmyun Hyung. Lagipula, yang kutahu Joonmyun Hyung dan Jaehee Noona sudah berpisah, kan?” Chen berusaha membela diri. ”Siapa yang menyangka kalau Irene-ssi kesana dan memergoki mereka berdua…”

   Baekhyun menggelengkan kepalanya masih tetap tidak paham. ”Joonmyun Hyung juga tidak bilang kalau dia dan Jaehee Noona sudah dekat lagi semenjak Jaehee Noona merawatnya. Padahal dia sudah berkencan dengan Irene-ssi. Ah, kenapa mereka membuat pusing hidup mereka sendiri?” Baekhyun menggeram kesal.

   ”Kalian tahu?” tanya Chen sambil berkacak pinggang. ”Kalian semua… tidak seharusnya seperti ini!” protesnya. ”Kalian tidak seharusnya membuat kami, yang tidak memiliki kekasih, repot dengan hubungan kalian!” omelnya. ”Awas kalian, aku akan cari kekasih dan jangan repotkan aku dengan urusan kalian!”

   Chen pergi, diiringi mulut terbuka Sehun dan Baekhyun.

 

*           *           *

Kamis, 21 Mei 2015

22.45 KST

Lokasi Pengambilan Gambar Film ”Glory Day”

Pohang

 

Dalam waktu tiga jam, mobil Jiho akhirnya berhasil memasuki kota Pohang, yang jaraknya sekitar dua ratus kilometer dari Seoul. Setelah mendapatkan alamatnya melalui Jongin seperti yang dikatakan pria yang membukakan pintu untuknya tadi, Jiho tidak membuang waktunya dan langsung pergi menuju alamat yang diberikan.

   Rupanya lokasi pengambilan gambar film Glory Day berada di tepi pantai, dan lokasi itu terbilang ramai. Tentu saja, Kim Joonmyun, atau biasa dikenal dengan sebutan Suho itu adalah leader dari EXO, boy group paling terkenal di seluruh Korea Selatan saat ini.

   Ketika ia mengatakan ia hendak bertemu dengan Joonmyun, petugas yang bertemu dengannya sempat mengerutkan alisnya, menyangka bahwa dirinya adalah fans juga, seperti gadis-gadis yang beramai-ramai menunggu dan menonton disana.

   ”Kim Joonmyun kini sedang melakukan pengambilan gambar, mungkin sebentar lagi selesai. Ia dan para pemain akan makan di restoran dekat sini.”

   ”Baiklah, terima kasih banyak.”

   Perbaikan. Jelas butuh banyak pengorbanan. Jiho tidak suka menunggu. Ia lebih baik berada di rumahnya. Tidur, atau bahkan menonton siaran televisi, dibandingkan harus berada disini, kepanasan, dan mendengar gadis-gadis yang berteriak diluar sana, hanya demi Kim Joonmyun.

   Ya, ia tidak menyukainya. Tetapi ia harus melakukannya, demi Jaehee.

   Dan akhirnya, pukul setengah dua belas malam, ia melihat rombongan para pemain dan kru berjalan bersama-sama diiringi oleh petugas keamanan. Inilah, ya, inilah kesempatannya.

   Jiho buru-buru berlari, tidak peduli dengan gadis-gadis yang ikut berlari, karena ia laki-laki, jelas fisik dan tinggi badannya membantunya untuk terlebih dahulu meraih Kim Joonmyun.

   ”Tunggu sebentar! Kau tidak boleh mendekat ke arah mereka!”

   Tiba-tiba saja sebuah lengan sudah menahan Jiho yang sudah hampir sedikit lagi meraih Joonmyun. ”Tapi… saya mau bertemu dengan Joonmyun!”

   ”Fans hanya boleh sampai disini—”

   ”Aku bukan fansnya! Ya! Kim Joonmyun! Kim Joonmyun!”

   Setelah beberapa kali berteriak, sepertinya Joonmyun sadar, bahwa ada laki-laki yang meneriakkan namanya. Joonmyun menoleh, dan kedua matanya melebar kaget saat mendapati siapa yang menyerukan namanya.

   ”Ahjussi, gwenchana… dia teman saya dari Seoul,” Joonmyun akhirnya menghampiri petugas keamanan tersebut, dan Jiho akhirnya dilepaskan. ”Jiho Hyung, ayo… ikut ke restoran.”

   Tetapi Jiho menahan tangannya, ”Joonmyun, tunggu! Ada yang harus kubicarkan denganmu! Ini penting…”

   ”Keundae…”

   ”Joonmyun-ah, palli!” beberapa rekan sesama aktornya memanggilnya, bahkan seniornya dari grup Shinhwa, Kim Dongwan, ikut menatapnya heran. ”Palli! Semua sudah menunggumu…”

   Joonmyun kembali menatap Jiho. ”Hyung, tidak bisakah menunggu sebentar saja? Kru dan senior-senior sudah menunggu sejak tadi…”

   ”Tetapi…”

   ”Ayo, Joonmyun! Temanmu ajak juga!”

   ”Ayo, Hyung…”

   Jiho tidak pernah bermimpi bahwa ia justru akan ditarik oleh Joonmyun masuk ke dalam restoran sederhana di tepi pantai Pohang. Dan Jiho juga tidak pernah bermimpi, bahwa jauh-jauh dia mengendarai mobilnya sendiri dari Seoul ke Pohang, untuk merayakan ulang tahun saingan terberatnya!

   Bagaimana mungkin dia bisa tahu kalau malam ini adalah ulangtahun dari seorang Kim Joonmyun?

   Rupanya staff dan rekan sesama aktor Joonmyun mendesaknya untuk segera datang ke restoran adalah untuk merayakan ulangtahun leader EXO tersebut. Dan Jiho, harus terjebak dalam pesta ulangtahun yang dibuat oleh para staff dan rekan-rekan Joonmyun, hingga barulah pukul empat pagi, ia bisa berbicara empat mata dengan lelaki yang menjadi pusat perhatian hari itu.

   ”Jadi, apa yang Hyung lakukan hampir tengah malam datang kesini?” tanya Joonmyun akhirnya, setelah seluruh staff mulai cooling down seusai pesta kecil-kecilan yang tidak ’kecil’ juga karena diselingi dengan karaoke dan games. Mereka berdua duduk di meja kecil di sudut, sementara beberapa staff sudah tertidur, dan sedikit mabuk efek banyak minum soju.

   Jiho menarik napas dalam-dalam sebelum mengatupkan kedua tangannya dan menatap Joonmyun serius. ”Aku datang untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang berlarut-larut.”

   ”Tentang?”

   ”Kau. Jaehee. Aku.”

   Joonmyun tersenyum. Senyuman miring yang seolah menunjukkan bahwa ia sudah tahu apa yang terjadi diantara mereka bertiga. Sedikit kesinisan bisa terlihat dalam senyuman penuh makna itu.

   ”Aku telah membiarkan kesalahan ini terlalu lama diantara kalian. Dan sudah saatnya aku menyelesaikannya… Joonmyun, kalau kau berpikir perasaanku pada Jaehee hanya sekedarnya, kau salah. Aku sangat mencintainya sampai aku sanggup melakukan hal buruk, yang diluar akal sehatku… dan aku sangat mencintainya sampai aku mau melakukan hal ini untuknya, meski sejujurnya aku tak mampu.”

   Joonmyun menatapnya lurus, namun tak menjawab apa-apa.

   ”Dengar, Kim Joonmyun… aku tahu kau pasti menyangka Jaehee telah selingkuh,” tidak perlu penjelasan dan jawaban, Jiho bisa melihat kilatan mata Joonmyun yang bergetar, seolah mengiyakan pernyataannya barusan. Dan Jiho tersenyum miring, penuh kemenangan. ”Coba lihat, yang aku kagetkan adalah bagaimana mungkin kau bisa memiliki begitu sedikit kepercayaan pada kekasihmu sendiri.” Jiho menggelengkan kepalanya, ”Dan bagaimana mungkin setelah begitu banyak hal buruk yang kau lakukan kepadanya, dia masih begitu mencintaimu.”

   Joonmyun terkesima. Ia tidak menyangka kata-kata soal Jaehee sangat mencintainya bisa keluar dari mulut laki-laki yang kini duduk di hadapannya. Bukankah Lee Jiho merupakan laki-laki yang tidak pernah mau kalah meski hasil sudah ada di depan matanya?

   ”Tapi, aku sadar… semua yang kau lakukan adalah akibat dari perbuatanku.” Jiho mengangguk, ”Tidak perlu tamparan Jaehee yang kesekian kali untuk membuatku mengakui bahwa kau menyakiti Jaehee karena aku. Jadi intinya… akulah menyakitinya.” Aku Jiho lirih.

   ”Jelaskan maksudmu.” Tandas Joonmyun dingin.

   ”Jaehee tidak pernah selingkuh, Kim Joonmyun.” sahut Jiho, tak kalah dingin. ”Aku yang membuatnya terpaksa menerima ciumanku.”

   Tangan Joonmyun yang berkeringat kini mengepal, ia harus menarik napasnya dalam-dalam untuk menahan dirinya agar ia tidak melayangkan tinjunya begitu saja pada laki-laki di hadapannya.

   ”Kami pergi ke sebuah pertandingan basket, dimana event cam kiss selalu diadakan.” Jiho tersenyum miring lagi, ”Dan kau tahu, mereka jelas mengira kami berdua adalah sepasang kekasih, karena kamera itu kemudian menyorot kami. Jaehee menolak tentu saja, ia sudah akan mengatakan bahwa kami tidak berkencan. Tetapi aku menciumnya begitu saja… karena aku mengira itu adalah kesempatanku.”

   Jika ada yang berada di dekat Joonmyun sekarang, mungkin mereka harus meraba denyut nadi pria itu untuk meyakinkan bahwa Joonmyun masih bernapas. Wajahnya begitu tegang, dan buku-buku jarinya sudah memutih.

   ”Aku tidak mengerti. Mungkin tidak akan pernah mengerti… pada Hana, dan pada Jaehee.” Suara Jiho benar-benar meremehkan sekarang. ”Apa yang kedua gadis itu lihat dalam diri kalian? Apa kalian bisa mengajak mereka kencan diluar seperti aku mengajak Jaehee menonton pertandingan basket? Jelas tidak. Apa kalian bisa mengajak mereka untuk hanya sekedar membeli kopi dan duduk sambil berbincang-bincang? Jelas tidak.”

   Kali ini dibandingkan terlihat tak bernapas, justru napas Joonmyun malah memburu.

   ”Dan yang paling aku tidak percayai adalah, apakah kalian bisa mengakui cinta kalian ke seluruh dunia pada mereka?” ujar Jiho pelan, dan tersenyum penuh kemenangan sambil menggeleng. ”Jelas tidak. Kalian lebih takut pada Dispatch dan penggemar-penggemar kalian yang brutal tersebut.”

   Jiho menatap nanar botol soju di hadapannya, ”Tetapi apakah dengan segala kekurangan kalian yang begitu nyata membuat dua gadis yang paling kusayangi itu meninggalkan kalian?” ia menggeleng. ”Tidak.” Ia menghela napas, ”Aku dan Minkyu lebih mampu membahagiakan mereka dibandingkan kalian berdua.” Jongin satu lagi, tentu saja. ”Tetapi apakah Hana dan Jaehee akan lebih memilih kami?” jiho tertawa, ”Bodohnya aku bermimpi bahwa mereka berdua akan tetap memilihku, dan sahabatku…”

   Dan barulah Joonmyun bisa menghela napas, sedikit lebih lega.

   ”Bahkan ketika kau meninggalkannya, kemudian bersama gadis lain…” Jiho menggelengkan kepalanya, ”Jaehee tidak akan pernah membencimu, Sobat. Tidak akan pernah…”

   Dan disitulah pertahanan Joonmyun runtuh. Ia menunduk, bibirnya bergetar, dan matanya memanas. Harus mendengar kenyataan menyakitkan dan pahit seperti ini dari bibir rivalmu. Laki-laki yang menginginkan gadis yang kau cintai, namun sudah kau sakiti, tetapi tetap memilihmu.

   ”Dan aku benci kenyataan itu. Ia melindungimu… selalu dan selalu,” Jiho terus mengatakan apa yang ia tahu meski kenyataannya, Joonmyun sudah menyerah di hadapannya. ”Aku ingat ia menamparku, lagi, karena aku mengatakan padanya bahwa kau laki-laki brengsek karena tidak mempercayainya, karena telah meninggalkannya, menyakitinya…”

   ”HENTIKAN!” seru Joonmyun meremas tangannya. Ia tidak kuat lagi, perasaannya tidak sanggup lagi mendengar semua ini. ”Cukup, Hyung, hentikan…” gelengnya.

   ”—dan membawa gadis lain di hadapannya,” tandas Jiho puas melihat kondisi Joonmyun di hadapannya sekarang. ”Sekarang kau pikir, kau cari dimana lagi gadis yang bisa begitu mencintaimu seperti itu?”

   Joonmyun menangis tersedu. Bahunya berguncang.

   ”Apakah dunia ini adil? Ada aku yang siap melakukan segalanya padanya, dan ada kau yang sudah menyakitinya, tapi ia memilihmu. Apa adil?” tanya Jiho, dan tanpa ia sadari matanya juga memanas. ”Dunia ini memang tidak pernah adil. Maka, bersyukurlah… dan jangan kau ulangi kesalahanmu yang sama! Kau tidak tahu, kau menyakiti gadis itu jauh lebih dalam dibandingkan yang kau kira sekarang, saat ini.”

   Mengangkat wajahnya, Joonmyun membalas tatapan Jiho tidak mengerti. ”A…apa maksudmu?”

   Dan Jiho kembali memberinya senyuman miring. ”Kau tidak tahu? Jaehee mengalami depresi.”

 

*           *           *

Skyline Centre

Daegu Branch

   Bisa dikatakan Joonmyun beruntung karena jarak dari Pohan ke Daegu sangatlah dekat. Jaehee mungkin tinggal di Seoul, ibukota Korea Selatan, tetapi rumah Jaehee yang asli terletak di Daegu, tempat dimana mereka berdua pertamakali bertemu, begitu pula tempat kedua orangtuanya menetap, dan memusatkan perusahaan mereka.

   Joonmyun pernah ke kantor kedua orangtua Jaehee, satu kali. Ketika Jaehee kabur dari rumah, dan masuk rumah sakit, karena dehidrasi. Dari situlah, Joonmyun menarik kesimpulan bahwa hubungan antara orangtua dan anak itu semakin tidak baik, karena Jaehee menolak mentah-mentah permintaan kedua orangtuanya. Tetapi, ketika Joonmyun menemui kedua orangtuanya, ia bisa melihat alasan sebenarnya mengapa mereka melakukan hal tersebut, meski cara mereka terkesan ekstrim. Tuan dan Nyonya Oh hanya tidak ingin putri mereka menelantarkan pendidikan, dan tentu saja mereka memang ingin putri sematawayang mereka itu meneruskan perusahaan mereka.

   Setelah berjanji bahwa ia akan berusaha meminta Jaehee fokus dalam pendidikan, akhirnya Tuan dan Nyonya Oh memberi izin bagi Jaehee kembali untuk melakukan hobi fotografinya. Apalagi mereka melihat kesungguhan Joonmyun, sebagai kekasih dari putri mereka.

Waktu itu, Joonmyun pulang dengan berbangga hati. Karena ia merasa ia berhasil memenangkan hati orangtua kekasihnya. Tetapi sekarang, langkahnya menuju ruang direktur dirasanya berat sekali. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Apakah orangtua Jaehee tahu masalah mereka? Apakah orangtua Jaehee akan menerima maafnya? Atau apakah orangtua Jaehee akan mengizinkan pria jahat ini kembali pada putri mereka?

   ”Nyonya Oh sudah menunggu Anda, Tuan Kim.” Kata sekertaris di depan pintu ganda, ruangan direktur, saat Joonmyun tiba di lantai teratas, gedung pencakar langit di kota Daegu tersebut.

   ”Ne.”

   Joonmyun menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu cokelat berpelitur mengkilap itu, dan masuk ke dalam. Seperti yang diharapkan dari ruang direktur. Ruangan itu dibuat dari kaca, bergaya minimalis, hingga terkesan elegan dan mewah tentunya. Lantainya ditutupi karpet beludru merah gelap, dan Joonmyun bisa melihat ibu Jaehee menatapnya tajam dari kursi direkturnya.

   ”Silakan duduk, Joonmyun.” Katanya.

   Kalau menilai dari nada suara ibu Jaehee, Joonmyun sudah bisa menebak bahwa ibunya jelas sudah tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua. Dan Joonmyun siap menerima konsekuensinya. Bagaimana pun, ia yang menyebabkan Jaehee depresi, kan?

   ”Terima kasih, Nyonya Oh.” Joonmyun duduk.

   Ibu Jaehee melepaskan kacamata bacanya, dan meletakkannya di meja sebelum menyilangkan kakinya dan menatap Joonmyun tajam dari balik kacamatanya. ”Jadi, apa yang bisa kubantu?”

   ”Nyonya Oh, saya… saya mau mencari… Jaehee.” ujar Joonmyun lirih.

   Ibu Jaehee menatapnya tajam sebelum melepaskan kacamata bacanya dan berdiri sambil membereskan berkas-berkas di hadapannya. ”Aku tidak tahu Jaehee dimana.” Jawabnya.

   ”Nyonya, saya mohon…” Joonmyun ikut berdiri, suaranya menjadi lemah. ”Saya…” ia menjilat bibirnya yang terasa kering. ”Saya tahu saya sudah berbuat banyak salah. Izinkan saya menebusnya…”

   Gerakan Haejin membereskan berkas-berkas di mejanya terhenti. Ia menatap Joonmyun lagi, ”Aku tidak tahu Jaehee dimana, Kim Joonmyun.” Ia kemudian mengecek kalendernya, sebelum meneruskan, ”Lagipula kalaupun aku tahu, untuk apa aku memberitahumu?” tanyanya. ”Kau yang menyebabkan putriku satu-satunya menderita.” Ia meraih tasnya dan mengayunkan tali tas tersebut pada bahunya, ”Kau membuatnya mengenang satu-satunya hal yang membuatnya depresi. Kukira kau lebih baik daripada mantan kekasihnya… seharusnya kau tahu kenapa pada awalnya aku begitu menentang kalian berkencan. Tapi kau malah datang kesini dan berjanji akan bertanggung jawab mengenai keadaan Jaehee…” kekeh Haejin, ”Tapi apa yang kudapat? Putriku kembali depresi. Sudah dua kali dia depresi karena laki-laki brengsek seperti kalian!”

   Joonmyun gemetar. Ia tidak tahu fakta bahwa Jaehee pernah depresi. Ia tidak tahu apa-apa soal itu. Dan kini, melihat reaksi ibu Jaehee, yang awalnya menaruh respek padanya, sudah berubah menjadi wanita paling dingin. Tentu saja, Joonmyun bisa mengerti. Mana mungkin ada orangtua yang mau memaafkan laki-laki yang sudah merusak putrinya?

   ”Jaehee bukan mainan,” ujar Haejin lirih. Saat itulah Joonmyun tahu bahwa ibu dari gadis yang ia cintai itu menahan tangis. ”Gadis itu lemah dalam hal berkencan… itulah kenapa aku begitu menjaganya untuk tidak jatuh dan disakiti lagi… apa kau kira mudah bagi seorang ibu melihat putrinya histeris?” tanya Haejin dengan suara tercekat, ”Apakah mudah bagi seorang ibu menyeret putrinya ke dokter untuk diberi obat penenang, seolah putrinya adalah orang gila? Dia putriku… kalau kau hanya mau menyakitinya, jangan pernah temui dia lagi!”

   Dan Joonmyun berlutut. Pada dua kakinya, menunduk dalam-dalam. ”Maafkan saya, Nyonya Oh. Saya minta maaf… izinkan saya menemui Jaehee, izinkan saya menebus kesalahan saya. Maafkan saya… saya tidak tahu kalau Jaehee pernah punya riwayat depresi, tapi saya tidak akan membuat alasan bahwa sayalah yang kini membuatnya kembali dalam keadaan depresi. Tapi saya mohon… izinkan saya, satu kali lagi… memperbaiki ini semua. Saya mohon…” Joonmyun menunduk dalam-dalam.

 

*           *           *

Oh’s Mansion

22 Mei 2015

10.45 KST

   ”Nona Jaehee, ada telepon dari Nona Sujin.”

   Jaehee menerima gagang telepon wireless yang dibawakan oleh pengasuhnya sejak kecil, Harim Komo, mengucapkan terima kasih. Jaehee meletakkan gagang telepon itu pada telinganya.

   ”Eonnie~”

   ”Hai Sujinnie…”

   ”Omo… Eonnie masih sakit? Astaga, suara Eonnie lemas sekali. Aku kangen Eonnie…” Sujin sudah langsung heboh begitu saja ketika mendengar sapaan dari bibir Jaehee yang sudah susah payah ia keluarkan.

   ”Ya! Jangan cepat-cepat…” ujar Jaehee pelan sambil terkekeh lemah. Ia membawa tubuhnya bersandar pada kepala tempat tidurnya dan menghela napas, ”Jadi kau membawakan berita apa untukku?”

   ”Ah iya! Aku sudah mentransfer uangnya… tim SUHOUNION kaget dengan transfer uang dan sertifikat bintang itu. Semua sudah beres… oh iya, apa Eonnie sudah lihat advertisement-nya?”

   Jaehee tersenyum tipis, ”Belum. Aku belum lihat,” jawabnya lemah, ”Pasti indah ya?”

Bagus sekali, Eonnie~ sahabat Eonnie yang tidak mau diketahui namanya itu pasti senang melihatnya. Oh iya, fansite SpringWater522 itu punya sahabat Eonnie yang mana? Apa kita pernah bertemu dengannya?”

  Jaehee memutuskan sudah waktunya ia mengakhiri percakapan ini, dan menjawab, ”Dia tidak mau identitasnya ketahuan, Sujinnie… dan yaaa, kita pernah bertemu dengannya. Sujinnie, sepertinya aku pusing lagi.”

   ”Aigooo, baiklah… Eonnie istirahat ya, salam dari Miho dan Yuri, mereka kangen Eonnie. Cepat sembuh ya, Eonnie… we love you, muach!

   ”Love you too~”

   ”Dan salam untuk teman Eonnie yang punya SpringWater~”

   Jaehee menutup sambungan telepon itu dan meletakkan gagang telepon itu di nakas sebelah kanannya, ”Terima kasih salammu untukku, Sujinnie.” Kekeh Jaehee pelan. Terbatuk, Jaehee menekan bel yang diletakkan di ranjangnya.

   Harim Komo datang kembali.

   ”Ini Komo,”

   ”Apa ada yang bisa Komo bawakan lagi, Sayang?” tanya Harim penuh sayang pada anak asuhnya itu. Jaehee hanya menggeleng dan kembali merebahkan tubuhnya. ”Nona, mau makan?”

   Jaehee tersenyum dan menggeleng.

   ”Kalau nanti Nona mau makan, Nona harus cepat-cepat bilang ya…”

   Jaehee mengangguk, tersenyum. Begitu Harim Komo meminta diri dan berlalu, Jaehee kembali memejamkan matanya.

   Kondisi kesehatan Jaehee menurun sejak perseteruannya dengan Joonmyun Sabtu pekan lalu. Sejak ia meminta Joonmyun pergi untuk mengejar Joohyun. Bayang-bayang masa lalunya yang menyakitkan kembali hadir, disaat mentalnya belum stabil. Kali ini diperparah karena ia merasa dirinya adalah seorang Sarah Casinghini, gadis kelahiran Italia yang memiliki darah Korea Selatan, yang telah dihamili oleh kekasihnya.

   Dalam tidurnya, Jaehee melihat dirinya dari dalam mata Sarah. Seolah ialah Sarah, dan ia melihat bagaimana ekspresi kesakitan pada wajah Jaehee (yang adalah dirinya juga), ketika mengetahui bahwa dirinya sudah tidur dengan Pirath, kekasih Jaehee. Kemudian bayang-bayang itu berubah, dimana Sarah menjadi dirinya sendiri, Jaehee, dan Jaehee yang ada di hadapannya berubah menjadi Joohyun, yang menyaksikannya tidur dengan kekasih Joohyun, Joonmyun.

   Hal itu membuat Jaehee histeris semalaman dan sejak saat itu ia takut tidur lelap. Ia tidak bisa tidur tanpa perasaan bersalah semakin lama semakin memakannya hidup-hidup. Ia ingat Sarah yang memohon pengampunan, dan bagaimana dirinya menolak mentah-mentah permintaan maaf Sarah, dan bayangan akan dirinya yang memohon maaf pada Joohyun pun kini ikut menghantuinya. Bagaimana ia merasa jijik dan hina pada dirinya sendiri.

   Sejak Sabtu lalu, Jaehee tidak berani tidur. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk melamun, membaca buku-buku ayahnya, dan kembali melamun. Ia tahu bahwa kesehatannya belum stabil benar, dan tidak tidur akan membuat emosinya kembali labil dan histeris, tapi ia tidak mungkin tidur dan melihat dirinya dalam wujud Sarah, dan melihat Joohyun lagi, kan?

   Harim Komo yang mengawasinya di rumah, karena ayah dan ibunya yang tidak pernah tinggal di tempat lebih dari dua hari, melaporkan kondisi kesehatan Jaehee yang menurun, dan Haejin mau tak mau memaksa Jaehee untuk meminum obatnya lagi. Kali ini, Jaehee melakukannya demi kebaikannya, dan ia tak mau kedua orangtuanya mengkhawatirkannya.

   Tetapi, setiap ia tidur, Joonmyun ada disana. Menatapnya sedih, kecewa, dan pergi. Tapi Jaehee tidak takut tidur lagi, ia malah menemukan damai saat melihat Joonmyun dalam mimpinya.

   ”Kalau aku hanya bisa melihatmu di mimpi, maka izinkan aku memimpikanmu dalam waktu yang lama…”

   Dan hal itu berefek juga pada kesehatannya. Hanya dalam waktu tiga hari, Jaehee menjadi lebih kurus, dan kestabilan emosinya mulai mengkhawatirkan. Jika ia tidak meminum obatnya, ia bisa ’kumat’ kapan saja. Namun jika ia terlalu bergantung pada obat-obatan itu, efek sampingnya akan timbul, cepat atau lambat.

   Haejin dan Donghae nyaris putus asa melihat kondisi putri mereka satu-satunya. Tetapi melihat senyuman putrinya, ”Aku tidak apa-apa, sebentar lagi pasti sembuh…” Jaehee berusaha meyakinkan mereka berdua, membuat keduanya tidak berani membawa Jaehee ke rumah sakit lagi. Mereka khawatir jika Jaehee dirawat seperti dulu, kesehatannya benar-benar tidak stabil dan… Jaehee akan benar-benar kehilangan kewarasannya.

   Hal yang paling mereka semua takutkan.

   Jaehee berbaring miring, memejamkan matanya. Berharap Joonmyun yang akan datang di dalam mimpinya, bukan dirinya dalam wujud Sarah, dan bukan pula dirinya yang menyakiti gadis tak berdosa bernama Joohyun. Dan untunglah, harapannya yang pertama yang terkabul, ia melihat Joonmyun. Tapi kali ini pria itu menangis.

   Jaehee mengerjapkan matanya. Kenapa lagi Joonmyun menangis? Bukankah ia sudah pergi dan tidak lagi menyakitinya? Kenapa Joonmyun kini begitu menderita? Sesuatu telah terjadi kepadanyakah?

   Kali ini Joonmyun dalam mimpinya berlutut di sisinya, tangannya terulur, dan membelai rambutnya. Hangat tangan Joonmyun, masih seperti yang terakhir Jaehee ingat saat Joonmyun membelai rambutnya, ia bahkan masih ingat wangi tubuh Joonmyun yang memeluknya, seperti terakhir kali.

   Mungkin mereka memang dua tubuh yang berbeda. Tetapi, setiap Joonmyun tertusuk, Jaehee lah yang berdarah. Setiap kejadian buruk yang menimpa Joonmyun, Jaehee lah yang merasakan sakit untuk pertama kali. Yang rela menangis di belakangnya, namun siap menjadi batu karang di hadapannya. Dan itu tidak pernah berubah meski status mereka berubah. Jaehee tidak akan pernah bisa melihat siapa pun menyakiti pria di hadapannya ini.

   ”Jaehee-ya…”

   Jaehee menggeleng, ”Anhi, ini semakin buruk…” ia menghela napas dalam-dalam, ”Kalau aku membiarkan hal ini, aku benar-benar akan semakin gila. Betapa pun aku merindukan suaranya…”

   ”Jaehee-ya…” Joonmyun memanggilnya lagi, masih dengan wajah dipenuhi air mata.

   ”Aku harus bisa sembuh demi Eomma dan Appa. Halusinasiku semakin jelas, aku bisa gila…” Jaehee menoleh pada nakasnya dan mengambil botol obat, menuangkannya banyak-banyak. Ia bisa merasakan tatapan Joonmyun padanya, ia siap menenggak nyaris sepuluh butir obat tersebut saat tangan ditepis.

   Obat-obatnya berhamburan di lantai dan tempat tidurnya. Bayangan Joonmyun di hadapannya melakukannya.

   ”Jaehee-ya! Ini aku! Ini aku…” isak Joonmyun sambil mengguncang lemah tubuh Jaehee, ”Kau tidak sakit! Kau tidak berhalusinasi… Demi Tuhan, ini aku… ini Joonmyun!”

   ”Bukan! Kau bukan Joonmyun!” geleng Jaehee menggigit bibirnya panik, ”Joonmyun tidak menatapku sambil menangis… Joonmyun tidak bicara…” sahutnya lirih.

   ”Aku harus apa agar kau percaya, Sayang? Ini aku…” dibawanya telapak tangan Jaehee untuk menyentuh wajahnya dan dadanya, ”Ini aku, Joonmyun… Kim Joonmyun!”

   Jaehee kembali menggeleng. ”Tolong… jangan lakukan ini padaku, aku mau sembuh…”

   ”Kau tidak sakit!” isak Joonmyun frustasi, ”Kau tidak berhalusinasi, aku nyata… Sayang, aku nyata! Kau tidak sakit!”

   ”Tidak, tolong jangan lakukan ini… kalau aku tidur terus dan mau bersamamu bagaimana? Kasihan orangtuaku…” mohon Jaehee.

   Mengacak rambutnya, bayangan Joonmyun itu berdiri dan melihat ke sekelilingnya. Mendapati benda pipih dari perak yang terletak di nakas tempat beberapa botol obat milik Jaehee.

   Bayangan Joonmyun itu menatap Jaehee lekat-lekat setelah memegang pisau pipih untuk memotong kertas itu, atau memotong bungkus obat, perlahan ia menggoreskan cuter tersebut pada jarinya, hingga tetesan darah merah keluar dari sana, dan kemudian ia menarik satu telapak tangan Jaehee dan digoreskannya juga jari manis di tangan kiri Jaehee.

   ”AH!” pekik Jaehee menarik jarinya dan menatap Joonmyun ketakutan.

   Joonmyun menjatuhkan cuter tersebut begitu saja, dan menatap Jaehee memohon, ”Kau masih mengira, kau berhalusinasi? Perlukah aku mengiris nadiku sendiri untuk membuktikan aku bukan bayang-bayang?”

   ”Joo…Joonmyun?” terbata-bata, masih memegangi jarinya yang berdarah, bergantian Jaehee menatap pria yang nampak kelelahan di hadapannya, dua jari mereka, dan tetesan darah di lantai dan sprei putihnya. ”Joonmyun?”

   ”Iya, ini aku Joonmyun… Kim Joonmyun, kau tidak sakit, kau tidak berhalusinasi. Ini aku!”

   Jaehee menekap mulutnya, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Tidak percaya dengan apa yang ia dengar, dan tentu saja tidak percaya dengan apa yang ia rasakan. Beberapa hari ini, dia merasa dia sudah diantara hidup dan mati, tetapi hanya dengan hadirnya Joonmyun di hadapannya, rasanya seolah ia ditarik kembali ke dalam kehidupan.

   ”Apa yang kau lakukan disini, Joonmyun-ah?” tanya Jaehee setelah berhasil mengatasi kekagetannya, menurunkan tangannya. ”Kau tidak bisa diisni, kita tidak bisa melanjutkan ini…” Jaehee tidak bisa menahan perasaannya yang membuncah tak karuan tatkala Joonmyun di hadapannya, mengurungnya dalam pelukan. Dahi mereka beradu, napas mereka sama-sama menderu, dan kedua lengan Joonmyun mengelus pelan punggung lengannya.

   Dan Jaehee tidak pernah merasa lebih hidup daripada saat ini.

   Joonmyun memejamkan matanya, menikmati tangannya menyentuh gadis yang ia cintai. Menyentuh bentuk nyata, gadis yang nyaris menghilang dalam ketiadaan jika saja ia tidak segera menemuinya.

   ”Joonmyun…”

   Joonmyun menggeleng, menikmati deru napas Jaehee pada wajahnya, napas Jaehee yang hangat, dan merasakan kulit tangan Jaehee meremang karena sentuhannya. ”Aku merindukanmu…”

   ”Kita tidak bisa…”

   ”Kenapa? Kita bisa…”

   ”Tapi, kau sudah… bersama Joohyun,” Jaehee berusaha menghindar, mengelak, dan menjauh.

   Kenapa Joonmyun harus membuat segalanya sulit?

   ”Jaehee-ya, kau lebih memilih aku bersama Joohyun?”

   ”Bukan begitu, kita akan melukai Joohyun kalau kita meneruskan ini, Joonmyun!” kedua mata Jaehee terbuka, begitu juga Joonmyun, meski jarak diantara mereka nyaris tidak ada. Kedua mata mereka saling menatap. ”Aku tidak mau menyakiti hati gadis yang tidak bersalah…”

   Joonmyun menelan ludahnya kuat-kuat, masih tidak melepaskan Jaehee, tidak juga menjauhkan wajahnya dari Jaehee, ”Jadi… kau lebih memilih menyakiti hatiku?”

   ”Apa maksudmu?”

   ”Kau menjaga perasaan Joohyun. Tapi kau tidak menjaga perasaanku… kau tidak memikirkan perasaanku…”

   Jaehee menggeleng kuat-kuat, ”Tidak! Bagaimana mungkin kau berpikir begitu? Kau… kau sendiri yang… memilih Joohyun…” ujar Jaehee lirih, sambil membuang pandangannya dari Joonmyun.

   Joonmyun tidak menyerah, ia meletakkan jarinya tepat di dagu Jaehee, dan membawa Jaehee kembali menatapnya. Begitu mereka sudah kembali saling bertatapan nyaris tanpa jeda, Joonmyun berbisik, ”Aku tidak memilih Joohyun. Aku memilihmu…”

   ”Mwo?”

   ”Aku tidak memilih Joohyun, aku memilihmu…” ulang Joonmyun dengan kedua mata penuh kesungguhan, mencoba meyakinkan gadis di hadapannya kini. ”Kau benar aku mengencani Joohyun. Kau benar, aku mengejarnya… tapi, aku tidak mau membohongi diriku sendiri, lagi. Aku mencintaimu, Jaehee… bukan orang lain. Sikapku yang terburu-buru dan gegabah, bukan hanya menyakitimu, tapi juga sudah menyakiti diriku sendiri… dan membawa-bawa orang lain.”

   Mulut Jaehee sedikit ternganga mendengar penuturan Joonmyun, ia nyaris tidak percaya akan apa yang ia dengar.

   ”Kau benar aku mengejarnya… aku jujur kepadanya, bahwa aku tidak bisa mencintainya, karena aku mencintaimu…”

   ”Joonmyun!”

   ”Apakah kau menganggap kejujuranku ini salah? Bukankah kalau aku teruskan, aku hanya akan semakin menyakitinya? Menyakitimu? Dan menyakiti diriku sendiri?”

   Jaehee menggeleng, setetes air mata lolos dari matanya yang sayu.

   ”Maka, apa lagi? Apa lagi yang menghalangi kita, Sayang?” tanya Joonmyun pelan. ”Aku mencintaimu. Aku berbuat banyak kesalahan… aku menyakitimu, aku benar-benar membuatmu hancur, aku bahkan membawa-bawa orang lain. Tapi… mau kah kau menerimaku kembali? Maukah kau memberiku kesempatan, satu kali lagi… untuk memperbaiki semua ini?”

   Tersedu Jaehee menarik Joonmyun dan pelukannya, ia mengangguk sambil terisak, ”Ya, Joonmyun… iya…”

   Dan saat itu seluruh pertahan Joonmyun luruh juga. Beban-beban yang ia bawa terangkat sudah, dan kini gadisnya sudah kembali dalam pelukannya. Ia terisak dan membalas pelukan Jaehee erat, membelai rambutnya dan mendekapnya, berusaha menyampaikan kerinduan, penyesalan, dan tentu saja cinta.

   ”Maafkan aku, Jaehee-ya… maafkan aku.”

   Jaehee menggeleng, ”Tidak ada yang perlu dimaafkan, tidak ada…” ia menghela napas lega dalam pelukan yang ia rindukan.

   Bagaimana obat membuatnya bertahan, namun membawa kesadarannya menghilang. Bagaimana mimpi membuatnya terjaga, dan bagaiamana terjaga membuatnya ingin berada dalam dunia mimpi. Bagaimana lamunan lebih indah dari kenyataan, bagaimana kenyataan lebih hidup daripada lamunan.

   Dan bagaimana hanya kehadiran Joonmyun, membuat segalanya kembali seperti semula. Seperti phoenix yang hidup dari abu apinya. Seperti pucuk yang muncul dari gersangnya matahari.

   Dan seperti bayi yang baru terlahir.

   Titik nol.

   Restart.

   Karena Jaehee yakin, kisah mereka baru akan dimulai. Dari awal lagi, dari nol lagi. Jika Joonmyun masih menginginkannya, ia akan ikut kemana pun Joonmyun pergi.

-Keutt-

Halooooooo~

Gimana? Seneng nggak sekarang? Setelah dibuat galau habis-habisan akhirnya mereka kembali di tanggal 22 Mei 2015 /tepuk tangan/ dan ini masih ada lanjutannya lho, special ulang tahun Suho. Tadinya mau disatuin dalam satu chapter, tapi ini aja udah dua puluh dua halaman word. Saran si ‘Ay’ kita tuh harus mikirin pembaca… nanti gumoh kalo baca panjang-panjang. Dan maaf publishnya gak bisa pas tanggal 22 Mei kemarin, karena mahasiswi skripsi abis bimbingan kelelahan. Mudah-mudahan suka ya semuanya… ^^

37 thoughts on “.:JunHee Veiled:. Kill Me, Heal Me

  1. Miss Namstar says:

    HOREEEEEE!!! Akhirnya junhee bener2 balikan.. telimakacih eonni sudah membuat para pembaca dibuat galau dengan junher, tapi terbayarkan pas tau mereka bner balikann.. huaaaa senangnyaaa!!!!
    Si papa dapet kado spesial banget ini dihari ulang tahunnya. smoga kalian makin langgeng dehhh..
    Di tunggu terus deh onn kemesraan junhee. Hwaiting buat skripsinya! Hwaiting onnie!!!

  2. rinhorinhae says:

    yeayyy!!! finallyyyy junhee is backkkk!! huhuhu kasian bgt ngeliat jaehee kesiksaaaaa kek gtyuu. tp untglah mreka bersatu kembaliiiiii

  3. Lisa says:

    Ahhh seneeeenggg!! seneng parah akhirnya mereka baikkan akhirnya jho turun tangan akhirnya jiho ngejelasin semuanya dan akhirnya junmyeon sama jaehee baikaaaannnn… ahh gila aku seneng banget pasaran romantis ino balikan lagii. Well! Gimana mereka baikkan aku suka banhet, duh cinta mati2an deh ini mereka kayanya. Sukaaaaaa…
    Ditunggu next ep nya kak, ditunggu bangeet huaaa

  4. Kauramints says:

    Conffetttiiiiiiiiiii
    Akhirnya JunHee baikan :’)
    Makasi kak Neez yang sudah baik hati bikin couple ini kembali
    Junmen keliatan putus asa bgt pas ibunya Jaehee gak ngebolehin Junmen ketemu, sedih kan jadinya 😥
    Belom lagi Jaehee yang udah frustasi bgt, sampe ngira Junmen aja halusinasi /sobs/
    Tapi terbayar deh sudah, mereka akhirnya baikan hohohoo

    Baik-baik ya untuk couple ini
    Jadi pelajaran berantem kali ini, jadi bodoh-bodoh lagi
    Dan jangan menangin ego masing-masing huhu
    Keep writing, kak Neez 🙂

  5. dyorawr12 says:

    Yeaaaay BALIKAAAAANNNN!!!!! *loncat guling dances backroll claps* sempet kaget past baca “angst” iya ternyata sakit lagi depresi lagi nyakitin orang lagi nyakitin diri sendiri lagi… hoof…. mama jaehee bikin dag dig dug nih eh taunya malah ngasi tau jaehee dirumah yyiiihhaaaa… Lee Jiho, kenapa kaga dari kemaren se jantan itu sih ah elah…. and I love Kim Junmen even more!!! ditunggu spesial birthday nya ya kak semangat buat skripsi nya dilancarkan atas apapun 🙂 FIGHTING!!!!

  6. lunara says:

    Aaahh akhirnya mereka balikan lagi dan joonmyun tau kenyataan semuanya, aku senang hahahaha

    next jangan lama2 ya kak ‘-‘)/

  7. nayatiara says:

    finallyyyy :’)
    selamat baikan yaa cinta cintakuu huhu
    i dont know wether its most beautiful or saddest part that i’ve read, im happy they’re back together again, but i also feel kinda sad that they have to shed a lot of tears before :’)
    thank you for the hard work, waiting for the next one :))

  8. kimkaaaaaacrush says:

    Seneng banget ……. seneng banget liat junhee benar-benar jadian lagi …. huhuhu /ambil tissu/ feelnya berasa banget waktu akhirnya papa tau segalanya, urusan sama joohyun udh kelar, masalah sama jiho udah clear. Soal depresi jaehee jg …. seneng bgt, pelangi yg ini bikin happy bgt … aduuuh ….
    Jadi yg kasih tau alamat jaehee ke joohyun itu si chen yaaaa ckckck kirain minseok .. kkkkk ……
    mau baca yang edisi special suho day kak nisya,,, ayoooo dong di publish …. mau baca edisi mereka baikan …. yaya … ditunggu loh ..
    Oh ya, semangat skripsinya ya kak … fighting

  9. dhitalulu says:

    Hahhh,,, legaaaaaaa 😀 hihi,
    akhirnya mereka balikan,,oh terimakasih jiho,irene,,,
    ahhhhhh aq pengen teriak2 saking senengnya,, yakkkkkk :v :v
    ihhh aq gx tau mau ngomong apa :p …. Pokoknya aq seneng!!!

  10. heeryaa says:

    Huffft akhirnya loh masa masa mereka balikan kembali XD
    Momennya ini pas banget ultah dia ya kayaknya hahahah
    Ditunggu kaa fic special ultahnya dia ya! XD

  11. FAWN says:

    Huaaaaaaaaaa finally.. JunHee get back!! ❤ ❤ ❤

    Astaga Kak Neez.. adegan SeBaek getok2 kepala itu aing~ pas banget aku baru selesai marathon Next Door dari part 12 sampe 14. Apalagi bagian Junmen nangis , itu yang paling ngefeel. Secara preview buat next episode kan Junmen teriak gaje gitu ditepi sungai! AH POKOKNYA SEHATI LAH :')

    Bffhahaha akhirnya yang jones buka suara ~ suuit suuit. *poor*

  12. *56 says:

    Akhirnyaaaaaa, baikannnnn Setelah melalui saat2 yg sulit. Cielahhhh. Heheheheh… Gak sabar. Pen baca Next chapter…..

  13. galakto.galuh.gal says:

    Kak nisyaaa. Aku kambeek. hohoho.
    Lama sekali aku gak komentar di kolomnya Junhee. /sungkem ke kanjeng ratu/

    Bentar kak mau ngetawain mantan gebetanku. /Hahahahahahahahahahaaa/ BangJiho. Gimana? Gak enak kan? Makanya jangan asal sosor pacar orang. Yang sakit gak cuman Jaehee lho Bang. Papa Jun bawa korban lainnya. Ini mah ibaratnya tabrakan beruntun. Nyosor kelainnya. Gimana bang. Aku gak mau balikan sama abang. Hahahahaha. Oh iya Bang. Lakik kalo bingung itu mijat kening bang. Bukan gigit bibir. /lempar selendang/
    Udah cukup nostalgia sama mantan gebetannya.

    Mau tepuk tangan sama toyor jidatnya mbak irene dulu. boleh ya kak.
    mbaak. Sampean iki kepriben? Pacarnya gak mupon kok digituin. Mbaknya kok gak berjuang buat diri sendiri. Untung pacaran. Kalo suami? Masa ya dibalikin. Dikira sisa kembalian. Tapi salut sama mbak irene. Masih mau menang dengan kudu yang mutusin Papa Jun. Gak mau diputusin Papa. Gak gahol.
    Buat sehun cadel adik kesayangan.
    Dek. Urusin pacarmu yang nggak karuan dek!
    Buat Chen!
    Bro. ya ampun mantan temen sd ku. Sini sama aku aja. Lolololololo. Pake acara mengancam. Apa kamu mau dicariin pacar sama mbak Jaehee? Hmm. siapa ya pacarmu?
    Mbak Jaehee.
    Kamu kenapa depresi lagi. Kalo marah bawa aja fotonya mas Joonmyun ke dukun. Kirimin hadiah ulangtahun aja /santet/ Oh ya mbak. Kalo minum obat 10 butir biasanya kan langsung gak sadarkan diri alias overdose ya. Mbaknya hebat. Masih sadar sama cudling manja sama aa’ mantan. Uhyuu.
    Mama Haejin.
    Demi Mata Luhan yang selalu bersinar di mataku. Aku nungguin tante ngomong tegas kayak gitu dari jaman bahula. Aku yang baca aja gak rela kalo anak digituin. Tante. Yuk tos dulu.
    bentar kak. Mau ngomong ke tante Haejin ala Rectoverso.
    /mata membesar, pegang erat kedua tangan tante/ Saya tahu Tante. Jaehee itu bukan mainan.
    masa ya anak sendiri disamain mobil-mobilan Tante mah lucu mentang-mentang lagu heboh isu beras plastik.

    Papa Jun /kirim santet/ bye Pa!

    oh ya tambahan buat mantan. Bang. Jangan samakan Minkyu oppa kayak abang.

    Paipai.

    Yaowo. Ini komen kayak drable. Nyampah banget. sori ya kak nisya.

    XOXO
    GAL

  14. winnurma says:

    habis gelap terbitlah terang (?)
    hehe ahhh seneng mrk comeback pas ultahnya si joonmyun lg
    kasian jaehee ‘kumat’ lg
    pokoknya ultahnya hrs yg spesial ya eon hehe
    fighting

  15. prihartini khoirun n says:

    Yeahhhh akhirnya mereka baika juga ya allah. Aelaat menjalankan hidup bau junhee semoga lanca. dicerita ini byk bgt ya konfiknya seru bacanya emosnya dapt loh wkw. Aku suka dituggu kelanjutanyya yaa.

    Xoxo

  16. H2 Hana says:

    Uuuuun jinjjaaaa aku bahagia bgt mereka balikan!!!!! Untuk pertama kalinya aku suka sama sikap jiho
    Langgeng yaaaa.jan ampe berantem lagi
    Awas aja -.-
    Nisya un gomawo ya.nepatin janji
    Ahayyyy yehet!

  17. Dana says:

    FINALLY BALIKAN OMG HEPI BENER AKU :’)
    Joonmyun akhirnya gak batu lagi ya mau dengerin penjelasan orang dan mau jujur sama perasaannya sendiri
    Dan super salut sama jiho yg mau ngebantuin mereka balikan dan ngerelain jaehee
    Ohhh and irene…such an angel duhhh udah cantik baik banget lagi aaaaa thanks banget ya kak gak bikin irene jadi sosok yg jahat :)))
    Dan chen…..bau baunya doi mau punya pacar nihh hahahaha kasihin pacar dong kasian doi jomblo mulu malah ngurusin masalah orang wkwk super ditunggu loh ya ceritanya si chen :p
    Can’t wait for suho’s birthday~

  18. adindacynthia says:

    Asiik.. Asiik.. Junhee baikan… #cium kak nisya..
    Tapi jangan dibikin galau lagi ya kak… Udahan beneran nih ya kak galau-galauannya..
    Kak buatin versinya ngerayain ultah papa dong kak..
    Ditunggu ya kak…

  19. LEEDAESHI says:

    Kaknisssss. Aku favorit bgt bagian jaehee depresi krna mimpi buruk dia ttg sarah pirath dan junmyeon sumpah keren banget. Psikologisnya dpt bgt dan pas utk jd alasan kenapa jaehee jd separah itu. Bener2 udh parah depresinya. Untung ga smpe skizofrenia, untung jiho dtg diwaktu yg tepat, dan untung junmyeon bertindak disaat yang benar. Hahahaha
    Thanks kak, udh dibuat mreka rujuk lagi.
    Irene sama Bambam aja deh kalo gini ceritanya xD
    Abisnya kl disuruh pilih junmyeon sm siapa, aku suka banget kl dia sm jaehee. Hahahaha
    Smgt skripsiannya kak :* XOXO

  20. kkamjongiechoco says:

    aaaaaaa jaehee eonni gws!!!!! akhirnya jiho mau ngejelasin semuanya ke myeonie, nah gtu dong jiho berani ngomong biar semuanya clear!

    junhee sosweet bgt disini aaa akhirnya mereka balikan. senenggggg deh:3

  21. delusia says:

    haiii aku baru mampir lagi dan ketinggalaaan cerita banyak yah,
    aduuuh sedih banget, mengharukan
    dulu aku suka couple kaina tapi sekarang aku suka juga sama couple ini
    sumpah bacanya ga ngebosenin ampe kaya punya dimensi sendiri yg bisa nyaksiin gmna ceritanya hahaq
    ditungggu next nya, keren bangeetttttt

  22. ohsandal says:

    akhirnya selesai udah badai galau haha balikan balika balikan cieeeee….. seneng banget ini akhirnya balika lagi 🙂 ditunggu special ultah suho hohoho makasih udah update 🙂

  23. nauliueo says:

    Alhamdulillah ya Allah..

    Akhirnya, chapter spesial di hari spesial junmen!

    Aaakkk makasih nisyyaaa <333

  24. kjmlady says:

    baechu yaampun dirimu baik bgt huhu akhirnya junmyeon yg di putusin kkk

    dan ternyata kim jongdaeee yg ngasih tau alamat jaehee ke juhyeon-_-
    wakakak sedih bgt jongdae yg jomblo. udh jomblo di bikin pusing mulu pulaa

    usaha jiho buat nyelesain masalah junmyeon-jaehee.. akhirnya angkat tangan juga ya jiho.. demi jaehee. nyentuh bgt deh jiho

    jaehee malah merasa bersalah sm juhyeon.. tp endingnya ulala bgt yeeeeee

  25. Wulan says:

    Finally mereka balikan….tuch khan klo saling cinta pasti balikan lagi…salut bwt jiho yg udh bikin mereka bisa balikan lagi…a good man…

Leave a reply to rinhorinhae Cancel reply