[KaiNa Muses] Ficlet—Curving

Title : Curving

Author : Ima (@bling0320)

Casts : Kim Jongin (Kai), Lee Hana (@inhanaLee), Kim Jonghyun

Enjoy ^^

© INDAYLee’s Staffs 2013

[KaiNa Muses] Curving

Sudah terlalu sering rasanya mendengar kisah persahabatan antara dua manusia yang berbeda jenis kelamin dan saling jatuh cinta. Biasanya menceritakan tentang satu pihak yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada sahabatnya sendiri. Atau pada akhirnya mereka bisa hidup bersama karena saling mencintai. Memang terlalu klise. Namun pada kenyataannya tidak semua kisah persahabatan berakhir seperti itu.

Koridor rumah sakit yang sepi di malam hari itu tidak membuat Hana gentar untuk melangkah menuju kamar rawat sahabatnya. Ia membawa sebuket bunga dan keranjang berisi buah di tangannya. Setelah berbelok di koridor, Hana menatap nama di depan pintu sebuah kamar VIP sebelum melangkah ke dalamnya. Matanya langsung menangkap sosok pria dengan posisi setengah duduk yang sedang tersenyum ke arahnya. Senyum yang dulu membuat Hana sangat tergila-gila. Hanya masa lalu.

“Kau datang?” tanyanya sambil memperhatikan Hana yang menaruh buket bunga dan keranjang buah di atas nakas.

“Aku tidak suka ingkar janji, Kim Jongin,” jawab Hana lalu tidak sengaja melirik nampan kecil berisi obat-obatan yang belum tersentuh di atas nakas. Ia mengambil nampan kecil itu lalu menatap tajam ke arah Kai.

“Kau mau sembuh tidak?”

Kai mendesis malas kemudian menggeleng. “Kau tahu aku tidak suka obat ‘kan. Jadi jangan paksa aku untuk menelan semua benda aneh itu.”

“Kkaman,” paksa Hana seraya menaikkan sebelah alisnya. Dan Kai tetap menjawabnya dengan sebuah gelengan. Sampai kapan pun sahabatnya itu akan tetap keras kepala bahkan ketika Hana yang memaksa. “Minum obatnya atau aku pulang.”

“Ya sudah kau pulang saja, aku tetap tidak mau minum obat,” jawab Kai tetap pada pendiriannya.

Itulah yang Hana tidak sukai dari sifat Kai ketika mereka menjalin hubungan selama satu tahun waktu itu. Kai selalu keras kepala dan menjunjung tinggi gengsinya. Setelah mereka berpisah dan bersahabat pun, Kai tetap bersikap seperti itu.

“Aku akan pulang dan tidak datang lagi ke sini,” balas Hana, setelah berpikir cukup lama.

Kai menoleh dengan cepat, memperhatikan Hana yang tengah meletakkan nampan kecil itu ke tempatnya semula lalu bersiap-siap untuk pulang. Ia segera menarik tangan Hana yang akan pergi. Jika boleh jujur, Kai selalu benci melihat punggung Hana yang meninggalkannya.

“Keurae. Aku akan minum obatnya,” pasrah Kai.

Dan sebenarnya usaha Hana selalu berhasil meruntuhkan sifat keras kepala Kai selama ini.

Hana membuka tutup gelas berisi air putih yang ada di atas nakas lalu menyerahkan nampan kecil itu ke tangan Kai. Matanya tidak lepas memperhatikan setiap gerak-gerik Kai yang terlihat ragu untuk meminum obat-obat itu. Biasanya Hana selalu membantu Kai meminum obat dengan caranya sendiri. Namun itu semua ia lakukan ketika mereka masih berpacaran, bukan ketika mereka bersahabat seperti sekarang.

“Kau tidak mau membantuku lagi?” tanya Kai seolah tahu apa yang sedang Hana pikirkan.

Hana membulatkan matanya lalu menggeleng cepat. “Kau gila? Kita sudah tidak seperti dulu lagi.”

“Ya. Kau tetap Lee Hana dan aku Kim Jongin.”

“Tapi kita sahabat,” potong Hana. Keadaan hening untuk beberapa saat dan Hana tahu bahwa ia sudah salah bicara.

Kai tersenyum miring, semuanya memang sudah berubah sejak beberapa bulan yang lalu. “Apa tidak bisa? Untuk terakhir kalinya? Aku janji ini yang terakhir.”

Hana tidak tahu bisa mempercayai ucapan Kai atau tidak. Karena dirinya selalu lemah dengan apa yang Kai inginkan. Bagaimana pun keadaannya Hana selalu ingin bisa memenuhi permintaan Kai. Bahkan setelah mereka bersahabat. Ya, setelah bersahabat.

“Aku janji ini yang terakhir,” Kai kembali merajuk dan Hana tersadar dari lamunannya. Untuk sementara ini Hana harus menyingkirkan berbagai macam spekulasi di pikirannya.

“Jangan pernah memintanya lagi, araseo?” pertanyaan Hana hanya dijawab sebuah senyuman ringan dari Kai. Hana menggeleng pelan, mengambil nampan kecil itu dari tangan Kai lalu duduk di sisi tempat tidur laki-laki itu.

Sudah lama tidak melakukannya dan Hana harus menarik napas beberapa kali untuk meredakan rasa gugup yang tiba-tiba muncul. Hana mulai memasukkan satu per satu obat itu ke dalam mulutnya sendiri lalu meneguk sedikit air memenuhi rongga mulutnya. Ia harus menahan rasa pahit di mulutnya itu untuk beberapa saat, hanya sampai obat-obat itu sedikit luruh. Namun Hana belum memberi kode –saat obat itu hancur di mulutnya ketika Kai sudah menariknya. Menempelkan bibir mereka satu sama lain dan mengambil obat dari mulut Hana dengan sedikit tergesa.

Hana pikir semuanya sudah berakhir saat rasa pahit obat di dalam mulutnya hilang, namun tangan Kai masih mengunci punggungnya dan laki-laki itu masih melumat bibirnya dengan lembut. Semuanya masih sama walaupun status mereka berbeda. Hana masih tidak bisa melepaskan ciuman –yang ternyata dirindukannya itu dan mengikuti alur permainan Kai. Kai sudah berjanji itu yang terakhir kalinya, jadi Hana mungkin tidak akan mendapatkan ciuman yang sama lagi ke depannya.

***

Sudah lewat tengah malam ketika Hana terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya terbaring bersama Kai di atas tempat tidur. Tangan laki-laki itu masih melingkari pinggangnya dan memeluknya dengan erat. Sepertinya obat milik Kai sedikit tertelan olehnya hingga ia ikut tertidur seperti itu. Hana mengangkat kepalanya untuk bisa menatap Kai yang sedang tertidur pulas. Rasanya menyakitkan ketika mereka masih saling mencintai namun harus berpisah karena beberapa hal.

Hana mencegah air matanya menetes kemudian melepaskan tangan Kai dari pinggangnya dengan perlahan. Ia bergegas turun dari tempat tidur lalu membetulkan letak selimut laki-laki itu. Kai pasti akan tertidur sampai pagi karena pengaruh obat dan Hana menggunakan kesempatan itu untuk segera pulang. Hana mengusap rambut Kai dengan lembut, mengambil tas miliknya kemudian berjalan keluar dari kamar rawat. Menyusuri koridor rumah sakit yang sudah sangat sepi untuk sampai di lobi depan dan mencari taksi untuk pulang ke rumah.

Namun langkah Hana terhenti saat menemukan sosok laki-laki yang amat dikenalnya tengah berdiri di depan resepsionis lobi depan. Hana tahu sepasang mata –yang tertutupi kacamata hitam itu tengah tertuju padanya sekarang. Dengan senyuman simpul laki-laki itu meninggalkan meja resepsionis lalu melangkah mendekati Hana.

“Kenapa kau di sini?” tanya Hana saat laki-laki berambut putih itu membuka kacamata dan menatap dengan berbinar ke arahnya.

“Karena kau tidak ada di apartemen, jadi mungkin masih di sini. Kau sudah mau pulang, Hana-ya?” laki-laki itu bertanya sambil tersenyum lebar dan dengan tatapan polos puppynya. Hana tertawa pelan lalu memukul lengan atas laki-laki bermarga Kim itu.

“Keurae. Ayo kita pulang, Jonghyun oppa,” Hana menggamit lengan laki-laki yang lebih tua empat tahun darinya itu dan menyeretnya keluar dari lobi. Pulang ke tempat dimana ia seharusnya berada. Rumahnya bersama Jonghyun –suaminya sejak dua bulan yang lalu.

[KaiNa Muses] Curving—CUT

Holaaa:D Siapa kangen KaiNa? *gaada* /plak/

wahaha aku baru post yg muses yaa, nanti malem aku post yang piece nya hihi tapi yg piece tetep di protek

kalau ada yg pengen lebih cepet dapet pw daripada twitter, kalian bisa lewat line aja. Tapi harus janji bakalan komen di selanjutnya oke okee hihi add line aku aja : marwahkarima

nanti aku invite ke grup idl nya biar dapet pw lebih cepet mwihihi, ayo ayo komeeennya 😀

 

Gomawo~^^