[KaiNa Piece] Undiscovered

undiscovered copy

© IMA 2015

Kim Jongin — Lee Hana

Kang Yun Woo, EXO, Lee Jiho

Please kindly read Lee Hana’s profile before read this story

[KaiNa Piece] Undiscovered

April 8th, 2015

10.12 AM KST

Hana’s apartment

Matahari sudah sepenuhnya terbit, menerangi cerahnya langit kota Seoul pagi itu dan menembus dari balik tirai ruang tengah apartemen. Tetapi kedua mata Hana masih terpejam rapat dengan tubuhnya yang masih terbaring bebas di sofa. Selimut yang dibawakan oleh Kai –untuk menyelimuti tubuh gadis itu pun sudah terjatuh ke lantai. Posisi tidur Hana sudah tidak jelas, tengkurap dengan wajah menghadap televisi dengan satu kaki yang tergantung menyentuh karpet.

Suara pintu terbuka pun tetap tidak membuat Hana terjaga dari tidurnya. Alkohol yang diminumnya semalam benar-benar membuat efek berat pada gadis itu.

“Hana-ya,” suara lembut Ha Jin terdengar memenuhi ruang tengah apartemen Hana, disusul sosoknya yang kemudian melangkah mendekati sofa. “Lee Han—Astaga.”

Ha Jin menutup mulutnya begitu melihat anak gadisnya tergeletak /?/ di sofa dengan posisi tidak jelas. Rambut panjang Hana menutupi sebagian wajah, mantel gadis itu juga berceceran –bersama selimut di atas karpet ruang tengah. Kening Ha Jin mengernyit saat melihat segelas air putih dan sebutir pil –diatas piring kecil yang diletakkan di atas meja ruang tengah. Ada note yang tertempel di gelas itu, membuat Ha Jin berjongkok untuk memperjelas penglihatannya.

‘Han-ah, minum obat ini untuk mengurangi mualnya.

Aku pergi ke Beijing dulu, maaf pergi sebelum kau bangun.

-KJI-

P.S. : Aku suka Lee Hana yang semalam~ ㅋㅋㅋㅋㅋ’

Y-ya, igeo mwo—Ya! Lee Hana! Bangun!” Ha Jin segera mengambil bantal sofa terdekat dan memukuli anak gadisnya –yang masih tertidur lelap itu.

“Lee Hana!” seru Ha Jin, kali ini mulai menggoyangkan tubuh Hana agar gadis itu segera bangun.

“Ah, eomma, waeyo?” Hana menggeliat tidak jelas di sofa, kedua matanya masih terpejam –dan tetap tidak mengubah posisinya di sofa.

Ha Jin mendecih pelan dan kembali memukuli Hana dengan bantal sofa. “Apa yang kau lakukan semalam, ha?! Ayo bangun, Hana!”

Dengan malas Hana beranjak duduk, mengacak-acak rambutnya –yang sudah berantakan dan menguap lebar. Matanya melirik malas ke arah Ha Jin yang berkacak pinggang di dekat sofa. Menatapnya dengan kilatan marah. Kepala Hana masih pusing akibat meminum banyak soju semalam. Dan ia masih ingin tidur beberapa jam lagi untuk meredakan pusing itu.

“Oh lihat dirimu sendiri,” Ha Jin mendecak pelan seraya menyerahkan note dari gelas itu ke hadapan Hana. Sebelum Hana sempat meraih note itu, rasa mual tiba-tiba menyerang perutnya. Membuat Hana berdiri dengan cepat dan berlari ke kamar mandi, mengeluarkan semua isi perutnya –bercampur rasa soju yang memenuhi perutnya tadi malam.

Hana menandaskan makanan di dalam perutnya, mencuci mulutnya dengan aliran air dari kran wastafel. Perlahan Hana mengangkat kepalanya, menatap pantulan dirinya sendiri –yang masih menggunakan kaus abu yang dipakai ke pesta anniversary EXO semalam. Namun pandangannya tidak tertuju pada penampilannya saja, Hana tahu ada yang berbeda darinya pagi itu.

Bibir yang sedikit membengkak.

Dan dua tanda kemerahan yang ada di lehernya.

Oh tunggu, apa yang dilakukannya bersama Kai semalam?

Hana meneguk salivanya dengan gugup lalu menunduk, mengintip sesuatu di balik kaus abunya yang masih terbungkus /?/ rapi. Ada sedikit kelegaan yang muncul di dalam diri Hana. Tapi sungguh, Hana benar-benar tidak ingat apa yang sudah mereka lakukan semalam. Rasa panas tiba-tiba menjalari wajahnya. Ia segera mengambil handuk yang tergantung di sana dan melilitkannya ke leher, berusaha menutupi tanda kemerahan –yang pasti dibuat Kai— itu agar tidak terlihat oleh Ha Jin.

Begitu keluar kamar mandi, Hana dikagetkan dengan bantal sofa yang melayang ke arahnya. Namun meleset membentur dinding dekat pintu kamar mandi. Ha Jin masih berdiri di dekat sofa sambil  berkacak pinggang.

“Semalam Jong In menginap di sini?” tanya Ha Jin dengan nada tinggi dan sedikit mengintimidasi.

Hana mengambil bantal sofa di dekat kakinya lalu melangkah takut-takut ke arah Ha Jin. Ia melirik segelas air –ditambah sebutir pil di atas meja ruang tengah. “Bisa jelaskan note yang tertempel di gelas ini pada eomma, Lee Hana-ssi?”

Dan Hana kembali menelan salivanya. Menerima note dari Ha Jin dan membaca tulisan tangan Kai dengan seksama. Rasa panas kembali menjalari wajah Hana ketika pikiran-pikiran aneh merasuki pikirannya. Sungguh, ia tidak ingat apapun yang sudah dilakukannya semalam. Ia malah memikirkan berbagai kemungkinan yang sudah ia lakukan semalam bersama Kai. Hingga pekikan dari Ha Jin membuyarkan semuanya.

­Y-ya! Kau tidak hamil ‘kan?!”

Eomma! Huwaa! Telingaku!”

.

.

.

Rasa panas masih menjalari telinga Hana setelah Ha Jin melepaskan tangannya dari sana beberapa menit lalu. Keduanya duduk di meja makan, sementara Hana mengusap telinganya dan melirik takut-takut ke arah Ha Jin yang duduk di hadapannya –dengan tangan terlipat di depan dada. Tatapan wanita paruh baya itu penuh intimidasi –meminta penjelasan atas keadaanya pagi itu.

Eomma, aku tidak hamil, ara? Semalam aku datang ke pesta anniversary EXO dan minum beberapa gelas soju sampai mabuk—.”

“Kau mabuk? Heol. Memangnya kau sudah legal?”

“Tapi aku sudah 21 tahun, eomma. Memang hari kedewasaannya bulan Mei sih, tapi aku sudah legal melakukan apapun. Aku tidak sengaja mencoba soju.”

“Apa Jong In yang menyuruhmu mencoba—.”

Anhi!” Hana menyela dengan cepat ketika ibunya mulai berpikiran yang aneh-aneh mengenai Kai. “Tidak sama sekali. Jong In malah melarangku, tapi aku yang nekat saat Jong In tidak lihat.”

“Semalam Jong In menginap di sini?” tanya Ha Jin, masih dengan nada mengintimidasi dan kali ini ditambah sebelah alis terangkat.

Hana meneguk salivanya –dengan gugup lalu membetulkan handuk yang melilit lehernya sambil pura-pura menyeka mulut. “Molla. Aku tidak ingat, tapi sepertinya iya.”

“Kalian melakukan sesuatu?” Ha Jin menaruh kedua tangannya di atas meja lalu mendekat ke arah Hana, memperhatikan wajah anak gadisnya. “Bibirmu bengkak.”

Hana merutuk dalam hati sambil menutup mulutnya. Ia menundukkan kepala, menghindari tatapan Ha Jin karena –demi Tuhan ia tidak ingat sama sekali apa yang sudah dilakukan bersama Kai tadi malam. Mungkin mereka berciuman. Atau lebih –mengingat ada dua tanda hickies di lehernya. Hana merasakan kepalanya malah terasa pusing ketika mencoba mengingat kejadian semalam. Yang diingat Hana terakhir kali adalah ketika xiumin menawarkan diri untuk mengantar Irene pulang karena Suho menghilang.

Molla, eomma. Aku tidak ingat sama sekali,” Hana mengangkat kepalanya lalu menatap Ha Jin. Rasa panas menjalari wajah Hana –dan pasti menimbulkan rona merah di sekitar pipi.

Ha Jin mendecih pelan. “Eomma akan menyuruh Jiho tinggal di sini.”

Mwo?”

“Untuk mengantisipasi agar kejadian ini tidak terulang lagi.”

Eomma~.”

***

April 15th, 2015

09.15 AM KST

Ketika Ha Jin sudah memutuskan.

Maka hal itu benar-benar terjadi.

Ha Jin kembali mengadakan perjalanan keluar kota –untuk pertemuan penting. Dan Jiho benar-benar menemaninya di apartemen dalam beberapa terakhir. Beruntung Kai masih sibuk dengan semua jadwalnya sehingga lelaki itu tidak akan datang ke apartemennya dalam waktu dekat. Lagipula Hana tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Kai –setelah kejadian waktu itu. Dari note yang ditinggalkan Kai, sepertinya mereka memang benar-benar berciuman panjang –sampai bibirnya sedikit bengkak. Atau lebih, entahlah.

“Hana-ya, ayo bangun.”

Suara Jiho mulai terdengar disusul dengan cahaya matahari –yang menerobos masuk ketika Jiho membuka tirai di kamar adiknya. Ia berjalan mendekati tempat tidur Hana, duduk di tepi tempat tidur dan mengguncang pelan bahu gadis itu. “Lee Hana, bangun sekarang. Kau harus kuliah.”

Jadwal kuliah Hana semakin padat akhir-akhir ini dan Hana benar-benar sulit fokus untuk menerima materi kuliah karena kurang tidur di malam harinya. Banyak sekali paper yang harus dibuat, beberapa essay, dan tugas resume dari setiap mata kuliah. Sebelumnya Hana tidak pernah berpikir bahwa kuliah akan sesibuk itu. Benar-benar menyita waktu dan hidupnya untuk tugas-tugas.

Hana hanya menggeliat pelan, merengek minta lima menit lagi sementara Jiho hanya menghembuskan napas pasrah. Matanya mengedar, mengelilingi sudut kamar Hana –yang sudah seperti kapal pecah. Banyak kertas berserakan di lantai, buku-buku tak beraturan di atas meja belajar, laptop yang tergeletak –masih terbuka di atas tempat tidur, dan pakaian tidur kemarin malam yang berceceran di dekat lemari. Seingatnya Hana tidak seberantakan itu.

“Lee Hana, bereskan kamarmu dan bangun sekarang juga. Ya!” Jiho kembali mengguncang bahu Hana, kali ini lebih kencang. Membuat Hana membuka kedua matanya, mengintip Jiho dari balik kedua matanya –yang perih karena tertimpa cahaya matahari.

Araseo, aku bangun,” Hana menyingkirkan guling di pelukannya dan beranjak duduk, mengucek kedua matanya sambil menguap lebar.

“Ponselmu terus berbunyi. Alarm atau telepon, aku tidak tahu,” Jiho beranjak  dari sisi tempat tidur dan berdiri sambil memandangi Hana –yang masih setengah sadar.

Hana meraih ponselnya, ia melihat ada 3 panggilan tidak terjawab dari Kai dan 5 panggilan tidak terjawab dari Yun Woo juga. Ia melirik jam di sudut layar ponsel dan hanya bisa menghela napas panjang. Ia baru saja melewatkan jam pertama mata kuliahnya di jam sembilan. Pantas saja Yun Woo meneleponnya sebanyak itu.

“Ayo sarapan,” Jiho menepuk puncak kepala Hana lalu melangkah meninggalkan kamar adiknya. Sementara Hana segera mengetikkan pesan balasan pada Yun Woo.

Dengan malas Hana beranjak dari zona nyamannya, memakai sandal rumah miliknya lalu menyusul Jiho keluar dari kamar. Ia melihat dua piring omelet yang masih utuh di atas meja makan. Setidaknya ketika ada Jiho, Hana tidak harus memakan toast bread saja setiap pagi. Sekarang asupan makanannya sudah jauh lebih baik karena dikontrol oleh Jiho di apartemen.

.

Suasana sarapan hanya dihiasi suara dentingan antara sendok dan piring. Banyak sekali pikiran yang memenuhi otak Hana –selain kuliah tentu saja. Masalah Jae Hee dan Joonmyun oppa-nya belum juga selesai dan Hana ikut pusing memikirkannya. Apalagi ketika setiap malam saat Kai meneleponnya, kekasihnya itu akan mengeluh bagaimana mood swing sang leader karena masalahnya dengan Jae Hee. Belum lagi sikap Jae Hee yang semakin menjauh darinya dan juga dari para member EXO. Sungguh, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada Jae Hee dan Suho.

Hana yang tiba-tiba diam seperti itu membuat Jiho heran. “Kenapa? Kau sakit?”

Anhi,” Hana menaruh sendoknya di atas piring, menyelesaikan sarapannya –yang belum habis karena ia sedang tidak nafsu makan pagi itu.

“Kau bertengkar dengan Jong In lagi?”

“Tidak, oppa,” hembusan napas pelan keluar dari bibir Hana. “Jae Hee eonni.

Jantung Jiho berhenti berdetak selama beberapa saat ketika nama Jae Hee terlontar dari bibir adiknya. Ia mencoba memasang ekspresi sedatar mungkin, menyembunyikan perasaannya dan menunggu Hana melanjutkan ceritanya –mengenai Jae Hee.

“Jae Hee kenapa?” tanya Jiho –pura-pura tidak mengerti.

“Jae Hee eonni dan Joonmyun oppa…. Aku tidak tahu mereka kenapa, tapi sepertinya masalah mereka cukup serius,” Hana memberikan jeda pada ceritanya, mencoba membaca ekspresi  datar Jiho –yang menatapnya. “Mereka bertengkar. Atau break, entahlah. Waktu itu Joonmyun oppa malah membawa wanita lain di acara anniversary EXO.”

Mwo?” rasa kesal tiba-tiba saja menjalari seluruh saraf di tubuh Jiho. Apa Suho berusaha menyakiti Jae Hee? Mencoba membalas dendam pada gadis itu?

“Sejak hari itu, aku berusaha menelepon Jae Hee eonni. Dan dia hanya bilang kalau semua masalah itu berawal dari dirinya sampai membuat Joonmyun oppa marah. Aku tidak mengerti,” Hana mulai merasakan sesak mengganjal di kerongkongannya. Jika mengingat bagaimana sosok Jae Hee dan Suho –selama ini, ia yakin bahwa masalah mereka tidak akan seserius ini. Keduanya hanya sering salah paham dan tidak harus sampai seperti ini bukan?

Keheningan menyergap Jiho. Jantungnya berdetak cepat ketika melihat tatapan sedih adiknya –yang menceritakan Jae Hee. Masalah itu ternyata mempengaruhi hubungan Jae Hee dan Suho sedalam ini. Mendengar cerita Hana, mungkin Jae Hee dan Suho memang sedang break atau sudah putus, Jiho tidak mau berasumsi banyak hal. Ia tidak menduga bahwa pikiran Suho sedangkal itu dengan membawa wanita lain –bermaksud membalas dendam pada Jae Hee. Ia tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya Jae Hee saat melihat itu.

Dan Jiho juga harus membayangkan bagaimana rasa sakit yang diterima Suho saat mendapati kenyataan bahwa Jae Hee, kekasihnya, dicium oleh orang lain.

Mungkin Hana akan membencinya setelah mengetahui kenyataan itu.

“Aku benci Joonmyun oppa. Dia menyakiti Jae Hee eonni dan aku membencinya,” gumam Hana pelan seraya menundukkan kepala, menghindari tatapan Jiho karena kedua matanya mulai terasa panas menahan tangis.

“Hana-ya,” panggil Jiho lalu berdehem pelan, berusaha membersihkan kerongkongannya. “Ini bukan salah Jae Hee atau Joonmyun.”

Kepala Hana kembali terangkat. “Maksud oppa?”

“Ini salahku. Kau tidak boleh membenci Joonmyun atau membiarkan Jae Hee terpuruk karena rasa bersalahnya. Karena satu-satunya yang bersalah di dalam hubungan mereka adalah aku,” Jiho merasakan kerongkongannya semakin kering, ia tidak sanggup membayangkan ekspresi kecewa Hana padanya. Adik kesayangannya pasti akan membencinya setelah ini.

Wae? Memangnya oppa kenapa?” tanya Hana heran.

“Aku mencium Jae Hee.”

M-mwo?!”

“Joonmyun marah karena hal itu. Mungkin Joonmyun mengira Jae Hee yang aneh-aneh karena menyembunyikan soal ciuman itu selama ini. Atau mungkin Joonmyun mengira Jae Hee selingkuh denganku di belakangnya,” Jiho mencoba mempersingkat penjelasannya karena ekspresi Hana mulai terlihat keruh.

“Kau tidak serius ‘kan, Jiho-ssi?”

“Aku serius. Dan aku mulai merasa bersalah sekarang.”

Dunia Hana seperti jungkir-balik begitu mendapati kenyataan yang bertubi-tubi dalam beberapa hari terakhir. Kemarin Suho yang membawa wanita lain, Jae Hee yang mengaku bersalah, dan kali ini Jiho yang tiba-tiba mengaku mencium Jae Hee. Ternyata kakaknya sendiri yang menjadi akar permasalahan retaknya hubungan Suho dan Jae Hee selama ini. Dan Hana dengan bodohnya malah membenci Suho lalu membiarkan Jae Hee terus-terusan merasa bersalah.

“Aku mencintai Jae Hee, Hana-ya. Caraku memang salah, tapi aku benar-benar menyayanginya.”

“Tapi kau tidak boleh menciumnya, oppa! Wae? Kenapa kau menyakiti Jae Hee eonni?!”

“Aku tidak bermaksud menyakitinya, Hana. Aku hanya—.”

“Selesaikan masalah mereka,” Hana mendorong kursinya menjauh dan melemparkan tatapan dingin pada Jiho sebelum melanjutkan ucapannya lagi. Dengan nada sedatar mungkin. “Dan jangan pernah mengobrol denganku lagi sebelum masalah mereka selesai.”

Dan kemudian Hana berjalan cepat memasuki kamar, menutup pintu kamarnya keras-keras agar Jiho bisa merasakan kemarahan –yang memenuhi pikiran Hana saat itu. Membuat Jiho sedikit terkesiap dengan tingkah adiknya. Jiho hanya menatap pintu kamar Hana dalam diam sebelum menghembuskan napas panjang. Another heart-break.

***

11.15 AM KST

MBC Building

Seluruh mahasiswa dari jurusan broadcasting SIOA –yang hanya berjumlah 20 orang itu terlihat mulai memenuhi lobi depan gedung MBC. Bersiap-siap untuk memulai praktikum lapang di channel MBC siang itu. Yun Woo terlihat gelisah sambil sesekali menempelkan ponselnya ke telinga, menelepon nomor yang sama berulang kali. Lee Hana. Gadis itu sudah diberitahu mengenai praktikum lapang sejak satu jam yang lalu, namun ia belum melihat tanda-tanda keberadaan Hana di sana. Ketika dosen mereka mulai memberikan pengarahan dan membagikan kartu visitor –untuk masuk ke dalam, Hana belum juga datang.

Namun kemudian, dari kejauhan Yun Woo mendapati Hana berlari menyeberang jalan untuk masuk ke dalam lobi gedung. Beberapa mahasiswa di lobi terlihat memandangi Hana selama beberapa saat –yang dengan sedikit rusuh memasuki gedung sebelum kembali sibuk pada aktifitasnya.

“Kau mau mati, ha?” tanya Yun Woo seraya menyerahkan kartu visitor –yang diambilnya dari lobi untuk Hana.

Hana tersenyum polos lalu menerima kartu itu dari tangan Yun Woo. “Tadi ada urusan sebentar. Dosen Jung tidak menanyakanku ‘kan?”

“Tidak. Ayo masuk,” ajak Yun Woo ketika teman-temannya yang lain mulai mengikuti dosen Jung memasuki bagian dalam gedung.

“Kita mau ke semua studio atau bagaimana?” tanya Hana sambil mengalungkan kartu visitor itu dan menyiapkan buku catatannya untuk menulis hal-hal penting yang dijelaskan dosen Jung nanti.

Yun Woo tampak berpikir sebentar, mengingat penjelasan dosen Jung sebelum datang ke sini. “Kalau tidak salah, sekarang acara musik yang sedang recording. Kita akan ke sana.”

“Musik?” jantung Hana tiba-tiba berdegup kencang ketika mengingat acara musik. Pasti EXO mengisi acara di sana mengingat mereka sedang promosi Call Me Baby. Selama ini Hana belum pernah dan belum sempat menonton Kai secara langsung di acara musik membawakan lagu Call Me Baby. Kuliah benar-benar menyita hampir seluruh waktunya.

Wae? Kenapa diam?” tanya Yun Woo heran saat mahasiswa SIOA itu bergantian memasuki lift.

Anhi,” Hana diam-diam menyembunyikan senyumnya. Ia tidak memedulikan obrolan heboh –para mahasiswi di dekatnya—mengenai acara musik yang pasti diisi banyak penyanyi dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Ketika keluar lift, Hana menemukan lorong yang cukup lebar dengan banyak pintu di kanan kiri. Di depan pintu terdapat nama-nama penyanyi –yang mengisi acara Show Champion. Terdengar banyak sekali suara ribut-ribut dari setiap pintu, entah mencari baju, pemanasan vokal, sampai suara tawa yang cukup keras. Dan Hana sudah sangat mengenal suara tawa Baekhyun dan Chanyeol –yang sedang bercanda di dalam salah satu ruangan itu.

Rombongan SIOA baru saja akan memasuki studio –tempat dimana Show Champion diadakan ketika Hana mendengar suara tawa Chanyeol yang semakin menggema di lorong. Hana memutar tubuhnya dan menemukan Chanyeol –bersama Chen berjalan di lorong masih sambil tertawa heboh dan membahas entah apa. Hal itu berhasil menarik perhatian mahasiswi di dekatnya yang langsung berseru melihat sosok Chanyeol dan Chen. Membuat langkah Chanyeol dan Chen terhenti dan menatap rombongan yang berdiri di depan pintu masuk studio.

Dan Hana melihat tatapan Chanyeol terkunci di dalam matanya.

“Mereka mengenalmu,” gumam Yun Woo tiba-tiba karena Chanyeol tetap tidak melepaskan kontak mata dari gadis di sebelahnya.

“Apa fans boleh masuk lewat sini?” tanya Chen entah pada siapa dan Chanyeol hanya mengendikkan bahu.

“Mereka bukan fans, Hana ada di sana,” Chanyeol merendahkan nada suaranya –sembari berbisik pada Chen.

Chen mengitarkan pandangannya sebelum berhenti pada sosok Hana. “Ah, matda.”

Hana berdehem pelan sebelum memutar tubuhnya kembali dan mengikuti teman-temannya memasuki studio. Rasa panas tiba-tiba menjalari wajahnya, Chanyeol dan Chen terlihat bersinar dengan outfit Call Me Baby berwarna putih. Dan Kai pasti jauh lebih bersinar dibanding keduanya. Ia akan melihat penampilan kekasihnya langsung hari itu.

“Jangan terlalu dekat dengan kamera. Kalian lihat dari samping dan amati pekerjaan broadcasting di setiap section,” titah dosen Jung dan Hana hanya mengangguk ringan sambil membuka buku catatannya.

Posisi Hana berada tepat di dekat pintu masuk studio, berdiri di dekat Yun Woo sambil mencatat beberapa staff  yang sibuk di dalam studio. Beberapa pengisi acara sedang melakukan dry rehearsal  secara bergantian dan jantung Hana sudah mau meledak rasanya jika mengingat EXO akan melakukan rehearsal sebentar lagi. Penyanyi yang mengisi acara Show Champion selalu melewati posisi Hana dan ia mencoba bersikap ramah dengan membungkuk pada setiap penyanyi yang melewatinya.

Tapi tidak untuk Kai dan teman-temannya.

Ketika mereka memasuki studio, suara seruan tertahan dari teman-teman wanitanya bagaikan terdistraksi dan Hana hanya bisa mematung memperhatikan delapan lelaki –yang sama-sama memakai outfit putih. And there is Kai. With a baby-doll or it seems like engineer uniform as an outfit.

Rambut lelaki itu bersinar dan jatuh dengan lembut menutupi kening. Dengan aksen berantakan dan sedikit terbelah dua. Mereka tampak berbicara sebentar dengan seorang kru sebelum bersiap di atas panggung. Delapan lelaki itu memberi salam –seperti biasa sebelum meninggalkan panggung satu per satu dan menyisakan Kai sendirian di atas panggung. Hana menahan napasnya ketika menyadari Kai melirik ke arahnya sebelum intro lagu Call Me Baby terdengar.

And Kai is not Kim Jong In.

Look at that smirk with that seducing hips-move or body wave or so-whatever-called-dance.

Tangan Hana mencengkeram kuat buku catatan yang ia peluk di depan dada. Entah sudah keberapa kali Hana menelan salivanya dengan susah payah saat memperhatikan perform EXO. Matanya tidak pernah lepas dari sosok Kai yang ada di depan sana. Dan err…. Hana tidak bisa memungkiri bahwa tubuhnya mulai panas dingin –lagi karena matanya terkadang melihat ke arah yang lain. Oh, bukan member lain tentu saja. Tapi rasanya outfit putih sangat tidak cocok dengan gerakan se-seduktif Call Me Baby. Kalian tentu mengerti maksud Hana.

“Sekarang aku mengerti kenapa kau jatuh cinta padanya,” Yun Woo berkomentar seraya melipat tangan di depan dada begitu lagu berhenti. Delapan lelaki tampan itu menuruni panggung dan tampak mengobrol dengan koreografer mereka untuk mengecek gerakan dance CMB.

Hana menarik dirinya sendiri, ia merasakan wajahnya memanas dan kakinya melemas ketika kembali ke dunia nyata. Ia hampir saja terjatuh kalau saja Yun Woo tidak menahan tangannya. Dan Hana sadar bahwa ada delapan tatapan heran –atau membunuh pada keduanya, membuat Hana cepat-cepat melepaskan diri dan melemparkan senyum canggung pada Yun Woo.

Wae?” tanya Yun Woo heran.

Anhi,” Hana terkekeh pelan dan mencoba memfokuskan diri kembali pada kegiatan broadcasting. Tujuan utamanya datang ke Show Champion dan bukan untuk terpesona pada kekasihnya yang perform di atas panggung.

Hana hanya berharap dunia menelannya sekarang juga.

Karena ia tidak sanggup jika harus bertemu Kai nanti.

.

.

Kegiatan praktikum lapang yang dilakukan baru selesai setelah recording untuk beberapa pengisi acara berakhir –termasuk EXO. Dosen Jung membebaskan mahasiswanya untuk berkeliling studio MBC –dengan syarat tidak masuk dress room pengisi acara tentu saja. Hana memilih untuk ke toilet sesegera mungkin setelah praktikum selesai karena ia tidak tahan untuk buang air kecil. Meninggalkan Yun Woo dan Hana benar-benar tidak peduli kemana Yun Woo akan pergi.

Hana berdiri di depan sink –dan cermin tentu saja—setelah menyelesaikan urusan mendesaknya. Ia mengeluarkan lip-marker dari dalam tas slempangnya ketika melihat dua orang wanita memasuki toilet juga. Dilihat dari outfit dan make-up, sepertinya mereka salah satu pengisi acara show champion. Hana berusaha mengabaikan keduanya –yang mencuci tangan di dekatnya dan mengaplikasikan lip-marker di atas bibirnya sesegera mungkin.

“Kai sunbae.

Dang it.

Tangan Hana hampir terpeleset dari bentuk bibirnya begitu salah satu dari wanita itu menyebutkan nama kekasihnya. Hana mencoba membuat wajahnya setenang mungkin dan beralih mengaplikasikan bedak –untuk memperlama keberadaannya di sana.

“Kenapa?” wanita berambut hitam yang berdiri di sebelah wanita berambut pirang itu bertanya dengan nada datar.

“Aku mengobrol dengannya tadi,” wanita berambut pirang itu tampak menundukkan kepala dengan pipi yang sedikit memerah. “Aku bertanya tentang dance. Dan dia menjelaskan banyak hal padaku.”

“Min Ju eonni, kau benar-benar menyukainya, eoh?” gadis berambut hitam itu membetulkan rambutnya sembari melirik team-matenya dengan senyuman menggoda.

“Siapa yang tidak menyukainya, Halla-ssi? Dia keren, kharismatik, tidak perlu dipertanyakan lagi skill dancenya, dan yang paling penting, dia available.

Dan Hana tidak cukup bodoh untuk menangkap kemana arah pembicaraan kedua wanita itu. Hana merapikan isi tasnya kembali, berusaha untuk menulikan pendengarannya karena ia tidak sanggup untuk mendengarnya lagi. Gadis berambut pirang itu sudah jelas-jelas menyukai kekasihnya dan ia membenci hal itu. Tepat ketika memasukkan hal terakhir ke dalam tas, Hana merasakan napasnya tertahan di tenggorokan.

Available?”

“Dia tidak punya pacar sekarang. Aku sekalian bertanya tadi, ehehehe.”

Dengan langkah besar Hana meninggalkan toilet itu, tidak mau mendengar pembicaraan keduanya lagi. Ia masih bisa merasakan rasa sesak yang mendesak di kerongkongannya. Ah Hana harusnya sadar sejak awal, apa yang bisa diharapkan dari seorang idola seperti Kai? Pengakuan publik bahwa lelaki itu memiliki kekasih? Tentu saja tidak. Mereka hanya kekasih saat Kai sedang menjadi lelaki biasa seperti Kim Jong In. Dan tidak banyak yang tahu mengenai hubungan tiga-tahun yang sudah ia jalin bersama Kai.

Langkah Hana melambat saat keluar dari toilet. Masih ada beberapa recording pengisi acara termasuk pengumuman chart mingguan. Namun Hana sudah tidak mood untuk pergi ke sana. Mungkin ia akan pulang saja setelah ini.

“Kenapa larimu cepat sekali, ha?”

Kepala Hana terangkat, mendapati Yun Woo bersandar di dinding lorong dekat pintu masuk toilet wanita dengan tangan terlipat di depan dada. Hana baru saja akan menjawab pertanyaan Yun Woo ketika melihat sosok laki-laki lain yang berdiri tidak jauh di belakang Yun Woo.

Kai.

Kim Jong In.

Rasa sesak kembali menjalari kerongkongan Hana. “Mendesak.”

Tidak ada siapa pun selain mereka –Kai, Hana, dan Yun Woo di lorong itu. Dan Hana melihat Kai berjalan mendekatinya dengan ekspresi yang sama sekali tidak terbaca. Lelaki itu sudah mengganti outfitnya dengan kaus biasa dan celana panjang hitam, namun tetap terlihat tampan entah bagaimana caranya.

“Uh, hai,” Yun Woo menyapa dengan kaku pada sosok Kai yang berdiri di sebelahnya. Namun Kai tidak melepaskan tatapannya dari Hana sedikit pun dan mengabaikan panggilan dari Yun Woo.

“Ayo pulang,” ajak Kai dengan nada sepelan mungkin.

Hana mengalihkan tatapannya dari Kai. “Aku belum selesai. Pulang saja duluan.”

Karena berbohong kadang bisa membuat keadaan menjadi lebih baik. Dan Hana berusaha melakukan itu agar rasa sesaknya tidak semakin menjadi karena obrolan kedua wanita tadi.

Hingga sedetik kemudian terdengar suara kekehan dari arah toilet wanita disusul dengan munculnya dua sosok wanita –yang berhasil membuat mood Hana berubah. Kedua wanita itu berhenti di dekat Hana dan memperhatikan Kai –dengan gestur yang sedikit panik.

“A-ah, annyeong sunbae,” ujar kedua wanita itu, minju dan Halla sambil membungkuk dalam pada Kai.

Membuat Kai tersadar dari lamunannya dan membalas keduanya dengan senyuman singkat.

“Apa mereka temanmu?” Minju –wanita berambut pirang itu tampak menatap Hana dan Yun Woo secara bergantian. Ia tidak cukup bodoh untuk menyadari bahwa ketiganya sempat terlibat pembicaraan sebelumnya.

Kai terdiam selama beberapa saat. Melemparkan tatapannya pada Hana dan Yun Woo lalu mencoba bersikap ramah pada keduanya.

Anhi. Mereka hanya tersesat.”

Dan Kai berani bertaruh bahwa ia baru saja melihat Hana menyeringai sambil memutar bola matanya sebelum menarik tangan Yun Woo menjauh dari sana. Pandangan Kai tidak lepas dari punggung Hana yang semakin menjauhinya, ia tidak mengacuhkan pertanyaan dari kedua hoobaenya dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Karena ia lagi-lagi menyakiti perasaan gadisnya.

***

Kadang ketika kita bersahabat dengan beberapa orang, masalah pun bisa datang secara bersamaan di dalam persahabatan mereka.

Jae Hee dengan Suho.

Hanji dengan Luhan.

Chaerin dengan Sehun.

Chanra dengan Tao.

Dan terakhir.

Hana yang mulai goyah akan perasaannya terhadap Kai.

Apapun yang Kai dan Hana lakukan saat malam anniversary waktu itu, Hana benar-benar berharap tidak akan mengingatnya seumur hidup. Ia tidak akan mau mengingatnya, karena itu hanya akan membuat dadanya terasa semakin sesak. Kadang Hana berpikir bahwa Kai benar-benar hanya melampiaskan semua rasa lelah dari jadwal-jadwal yang padat bersama dirinya. Bukan sebagai kekasih. Karena ketika Kai melangkah dari gedung apartemen itu, mereka –Kai dan Hana hanya orang asing. Mereka hanya dua orang yang berbeda dunia, dipertemukan oleh takdir untuk menjalin hubungan —yang tidak  boleh diketahui orang-orang diluar sana. Dan Hana masih bisa bertahan untuk hubungan seperti itu.

Karena cinta memang bisa membutakan seseorang, bukan?

Rasanya bodoh jika Hana tidak memilih Min Kyu –yang jelas-jelas selalu ada untuknya dalam keadaan apapun. Bisa memamerkannya pada dunia bahwa ia adalah kekasih lelaki itu dan bisa dengan bebas kencan di luar sana. Lagipula Hana sudah mengenal Min Kyu sejak kecil, ia tumbuh bersama lelaki itu –selain Jiho, dan ia sudah tahu bagaimana sikap baik atau buruk sahabat kakaknya itu.

Kenapa harus Kim Jong In?

Kenapa ia rela mengorbankan perasaan Min Kyu untuk seorang laki-laki yang baru masuk ke hidupnya empat tahun silam?

Kenapa dari semua laki-laki di dunia ini, Hana harus jatuh cinta dengan Kim Jong In?

And Hana never find the reason for that-so-much questions in her head. Because fallin’ love doesn’t need a reason, right?

Tiga tahun yang lalu Hana hanya seorang gadis remaja yang tergila-gila pada ketampanan dan kharisma yang dimiliki Kai ketika sedang menari. Ia beruntung karena bisa berpacaran dengan lelaki yang dikaguminya –walaupun secara terpaksa awalnya. Namun ia tahu Kai tidak memaksanya berpacaran tanpa alasan jelas. Lelaki itu juga menyukainya. Dan Hana benar-benar bersyukur karena bisa mendapatkan pacar pertama yang diidam-idamkan banyak wanita di luar sana.

Untuk dua tahun pertama, Hana merasakan seperti itu.

Namun tidak untuk satu tahun terakhir ini.

Tiga tahun sudah membuat Hana cukup dewasa untuk belajar. Ia tidak lagi membutuhkan kekasih yang tampan –yang digilai banyak wanita diluar sana. Sekarang ia sadar bahwa ia membutuhkan seorang kekasih yang selalu ada untuknya. Yang bersedia meluangkan banyak waktu untuknya dan bertanya bagaimana hari-hari kuliahnya, bagaimana kehidupannya, bagaimana perasaannya hari itu, dan masih banyak lagi. Bukan seorang kekasih yang di sela-sela jadwal padat dan rasa lelah tiba-tiba datang ke apartemen, mencarinya. Karena Hana juga butuh seseorang yang bisa menghilangkan rasa lelahnya, bukan hanya laki-laki itu saja.

Entahlah. Hana terkadang bingung dengan perasaannya sendiri. Dia menyayangi Kai tentu saja. Namun di sisi lain, ia mulai merasa lelah dengan semuanya. Ia tidak mau kehilangan Kai, namun terkadang berpikir ingin melepaskan diri dari lelaki itu. Ia berusaha mencari laki-laki lain yang bisa membuatnya merasa nyaman –selain Kai, namun tidak bisa. Tiga tahun tentu bukan waktu yang sebentar, ia sudah terlalu banyak membuat kenangan manis bersama Kai yang tidak mudah untuk dilupakan sebagai pacar pertama.

Sekali lagi Hana bertanya pada dirinya.

Ia menyayangi Kai.

Ia membutuhkan lelaki itu.

Tapi kenapa rasanya berbeda sekarang?

Ia tidak pernah benar-benar menunggu pesan dari Kai lagi.

Terkadang ia juga mengabaikan panggilan dari Kai.

Jantungnya masih berdetak cepat ketika Kai berada di dekatnya.

Namun ia juga merasa jantungnya sakit ketika Kai berada di dekatnya seperti tadi siang, namun menganggapnya seperti orang asing.

Aneh, complicated, dan Hana belum benar-benar bisa mendapatkan jawaban yang pasti atas semua perasaannya.

***

11.21 PM KST

Anggap saja seorang Kim Jong In adalah laki-laki paling bodoh di dunia.

Karena ia lagi-lagi menorehkan luka di hati Hana.

Jadwal Kai baru saja selesai di jam hampir tengah malam. Pikirannya benar-benar tidak fokus pada kegiatan yang dilakukannya setelah kejadian tadi siang. Tatapan Hana yang tersirat luka membuat jantung Kai berdetak tidak normal. Ia juga merasakan sakit atas apa yang sudah ia lakukan pada Hana tadi siang. Ia harusnya mengaku bahwa Hana adalah temannya, tentu itu tidak akan semenyakitkan dengan menganggap Hana hanya orang asing yang tersesat di lorong MBC. Atau dua-duanya sama-sama menyakitkan, karena ia harusnya mengakui Hana sebagai kekasihnya.

Kai melangkah memasuki lift gedung apartemennya bersama member EXO –selain Baekhyun, Suho, dan Chen. Chanyeol sudah heboh menceritakan tentang banyak hal, namun Kai tidak tertarik sama sekali dengan semua itu. Ia membutuhkan Hana. Ia harus membuat perasaan gadisnya kembali membaik.

“Aku ke apartemen Hana dulu,” jelas Kai begitu member lain turun di lantai enam dan menatapnya dengan heran dari luar pintu lift. Keempat team-matenya itu hanya mengangguk ringan sebelum melanjutkan langkahnya dan membiarkan Kai tenggelam kembali di dalam lift menuju lantai delapan.

Jantung Kai berdetak cepat saat jemarinya mulai mengetikkan kombinasi password apartemen Hana. Ketika pintu terbuka, Kai harus menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Ia baru saja akan membuka sepatu di belakang pintu saat suara berat seorang lelaki –menghentikannya.

“Kau datang.”

Kai mengangkat kepalanya dan melihat Jiho berdiri di depannya dengan tangan terlipat di depan dada. Dengan senyuman canggung Kai membungkuk singkat pada lelaki yang empat tahun lebih tua darinya itu. “Selamat malam, hyung.”

“Kalian bertengkar lagi?” tanya Jiho to the point dan membuat Kai terdiam seketika.

Anhi. Hana kenapa?” Kai kembali bertanya, berusaha mengabaikan perasaan bersalah yang mulai menyelinap di dalam dadanya.

“Wajahnya kusut sekali saat pulang ke apartemen tadi. Dia langsung masuk kamar sambil membanting pintu,” Jiho mengendikkan bahu tak acuh. Well, ia tentu tidak akan menjelaskan bagian dimana mereka –Jiho dan Hana bertengkar karena masalah Jae Hee. Tapi ekspresi Hana benar-benar terlihat keruh, sepertinya ada masalah lain yang mengganggu pikirannya selain masalah Jae Hee.

Kai menghela napas panjang. “Hanya salah paham, hyung. Dimana Hana?”

“Kau pikir aku memperbolehkanmu masuk sekarang?” tanya Jiho, setengah bergurau namun tetap memasang ekspresi datarnya. Membuat Kai bergidik ngeri dan siap melangkah pergi dari sana. “Chill, Kai. Aku tidak sejahat itu.”

Dan Kai hanya bisa tertawa pelan –namun tidak benar-benar tertawa karena sikap Jiho sempat menakutinya. “Aku boleh bertemu Hana?”

“Dia sedang tidur. Masuk saja ke kamarnya dan selesaikan apapun yang sedang mengganggu hubungan kalian. Aku akan jalan-jalan keluar sebentar,” Jiho menyunggingkan senyumnya lalu menepuk bahu Kai beberapa kali. “Aku akan minta imbalan untuk ini.”

“Mwo?”

“Hanya nomor Joonmyun, bukan sesuatu yang mahal.”

Dan Kai tidak mau bertanya lebih jauh karena ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Hana sekarang juga. Ia hanya mengangguk ringan dan memasuki bagian tengah apartemen Hana, melirik sekilas pada beberapa berkas yang tergeletak di atas meja dan mendekat pintu kamar gadisnya. Ia mendengar pintu depan apartemen Hana tertutup –menandakan Jiho sudah keluar dari sana.

“Han-ah.”

Kai mengetuk pelan daun pintu kamar Hana. Karena tidak mendapatkan jawaban apapun, Kai menggerakkan tangannya pada knop pintu. Hembusan napas panjang ia keluarkan sebelum membuka pintu kamar Hana karena ia siap dengan teriakan apapun yang akan Hana lontarkan padanya. Namun ia hanya mendapati lampu kamar Hana yang gelap gulita, dari bias cahaya yang masuk dari pintu, ia melihat Hana bergelung di balik selimut dengan kedua mata terpejam.

Dengan berusaha tidak membuat suara apapun, Kai menutup pintu kamar Hana. Ia mendekati tempat tidur gadisnya lalu ikut menyelinap ke balik selimut. Berbaring menghadap punggung Hana dan ia sudah tersenyum seperti orang gila hanya dengan melihat punggung kecil Hana. Sepertinya gadis itu kelelahan karena setiap tarikan napas yang diambil Hana terdengar berat di telinganya.

Mianhae,” Kai menyelinapkan tangannya melewati tubuh Hana –dibalik selimut dan memeluk gadis itu dari belakang. Ia menempelkan dagunya di puncak kepala Hana dan mencium dalam-dalam puncak kepala gadisnya. Mencoba menyalurkan perasaannya yang  begitu menggebu ketika bisa menyentuh gadis itu lagi.

Kai  menghirup aroma shampoo Hana yang manis, mencoba menghilangkan rasa lelah yang membelenggunya. “Mianhae. Maaf sudah memperlakukanmu seperti tadi siang, Han-ah. Aku terpaksa… Aku takut dia mengacaukan semuanya.”

“Jangan marah, eoh? Walaupun kau tidak mendengarkanku sekarang, aku harap kau tidak marah lagi. Aku benar-benar menyesal.”

Dibalik semua ucapan penyesalan Kai, Hana mendengar semuanya.

Hana merasakan dada bidang Kai yang menekan punggungnya dan membuat jantungnya berdetak begitu cepat.

Namun Hana, entah kenapa, menangis dalam diam. Ia menahan mati-matian isak tangisnya agar tidak keluar dengan menggigit bibir bawahnya. Mungkin sekarang sudah hampir berdarah karena Hana terlalu keras menahan isak tangisnya sendiri.

Hana tidak tahu kenapa ia menangis malam itu.

Entah karena permintaan maaf Kai, kejadian tadi siang, kejadian yang menimpa sahabat-sahabatnya, atau karena perasaannya sendiri.

Rasanya Hana ingin berbalik dan balas memeluk Kai, namun ada dorongan lain dalam dirinya untuk tidak melakukan itu. Ia merindukan Kai, sangat ingin melihat wajah kekasihnya, namun juga di saat yang bersamaan ingin mengenyahkan Kai dari pandangannya. Hana yakin ia tidak mabuk. Dan Hana yakin bahwa ia juga tidak sedang berada di ambang batas kesadarannya –sebelum tertidur.

Hana sepenuhnya sadar.

Dan Hana masih tetap mempertanyakan perasaannya.

[KaiNa Piece] Undiscovered — CUT

IMA’S NOTE :

Another galau story yeah

maaf yaa bikin kalian galau galau

tapi emang beneran galau

kalau ga galau nanti gaseru, masa mereka lurus aja hubungannya ahihi

sekarang ketauan siapa yang ragu yaa

hana nih ckckck parah bingits

biasa yaa, next di protek

thanks!! Love you so much~

♥With Love,

Ima

89 thoughts on “[KaiNa Piece] Undiscovered

  1. Hikyu says:

    huaaaaaa baru aja so sweet so sweet-an (?) di part kemaren, sekarang galau lagii T-T
    semua couple lagi dalam mode galau T-T
    pasti sakit ya, ketika ketemu di luar cuma berasa jadi orang asing 😦
    hana harus kuaattt!!! :’)

  2. imeldaos says:

    Yaampun sedih bgt part yg iniii. Awalnya ga ngerti karna blm baca yg diprotect. Hampir nangis bacanya, kasian bgt hana:(
    Btw, eonni aku udh mention bbrp kali minta pw yg that words 2 tpi kok ga dpt respon terus ya? Pdhl aku udh komentar di that words 1-nya. Penasaran eonnn

  3. vivinnnire says:

    ah onnie jngan bgtu lah masa hana yg ragu sma jong skrgggg … aaaa smua couple bkin galau rat” hahaa

  4. kyungsoo pacar says:

    aduhh mb hana ragu kenapaaaaaa yatuhan, eh btw baru tau kalo kaina apdet jadi telat baca, semangat kak ima, next part ditunggu{}

  5. clee says:

    Kai ㅠㅜㅜㅜ
    anyway, Itu halla member girlband apaan yah-_- wkwk.
    Kasian hana, tapi kalo Kai jujur jg ya gimana huhu. serba salah.
    semoga di next chapter mereka baikan lagi dan hana gak ragu ttg perasaannya lagi.

  6. Tari0993 says:

    Kenapa kaina ikutan galau juga -____-
    please jangan galau semua.. Kuatkan hati hana (?) Biar ga galau biar ga meragukan mas jongin (?) hahaha

  7. kailacho says:

    huhuhu kai ama hana sweet”an lgi dong ,hana jangan ragu ama perasaan kmu duh gue galau di part ini….

    buat authorx semangat yah fighting!!!!!

  8. ShellaISJ says:

    aaaaaaa dini hari bacanya beginian. Kangen banget dah sama KaiNa, udah lama nggak ngikutin KaiNa Piece uu
    beneran deh kuliah menyita waktu bangeet wkwk
    sediiih baru baca dan ternyata si Hana masih meragukan perasaannya. Kenapa Hana jadi bimbang disaat Jongin mengakui perasaannya, dimana perasaan Jongin ke Hana makin besar namun disisi lain Hana mulai jenuh sama Jongin.
    Dan aku nggak tau apa yang sudah terjadi antara Joonmyun dengan Jae Hee wkwk
    iiih jangan sampe KaiNa break lagi apalagi putus NOO!! Jangan bikin cerita begitu yaa eonni yayaya
    Hana makin dewasa, biasa sih kalau kata orang mah tahun ke-3 itu biasanya tahun rawan, jenuh lah, selingkuh lah dll tapi jangan sampe KaiNa break lagi oke

  9. nayatiara says:

    why why why???!!!
    its always the damn same thing that make you guys fighting
    hana-ya, i know you’re tired and often doubt your relationship, but damnit girl, you guys have been together for what, 3 years, right ? why still asking about Kai’s feeling T.T
    its so sad T.T
    i just want you guys end up happily with each other T.T
    thank you for the hard work!!! waiting for the next one!!!

  10. @lindakartika_ says:

    kok mendadak jadi galau gini?:’)
    padahal awal” udh seneng bgt mereka makin sweet..
    tapi apa yg hana pikirin menurutku juga cukup realistis. posisi hana & jongin juga serba salah. pingin menjaga satu sama lain, tapi jatuhnya malah sakit hati:’)
    aahh baper bgt baca yg ini..

  11. Febe_QueeN96 says:

    Aigoi jinjja~ hana eomma pasti curiga tuh… ahhh si kai pake bikin clue segala~ tapi ini menarik hahaaa

  12. Jung Hyun Mi says:

    galauuuu abiss ;-;
    hueee padahal sebelumnya gak apaapaa
    kaii sih ihh!! nyebelin banget tapi tetep aja dibiasin yaallah -_-
    baperrr nih/?
    gimana gak sakit hati disebut temen sama pacar sendiri ha?!?
    aahhh kangen kaina udah lama gak bacaa udah ketinggalan dua kaina piece><
    come one kaiiii
    grow some balls and perbaiki hubungan kalian(?)
    gj abiss komenann akuu xixi
    ituu siapa lagi cewe yg suka sama kai ihh jangan jadi orang ketiga dehh
    udah cukup minkyu sama yunwoo yg jadi orang ketiga😱
    great story ka imaaa
    xoxo

  13. Hyena says:

    Hahaha kasian hana dijewer emak nya wkwkwk.. Aah kai kok jahat bgt hana nya ga di akui. Akui teman kek yg psti ga se sakit dianggap ga kenal. Hana kasian y tp dia tegar binggo.

  14. hasna nabilah says:

    yaampuuuun gilaaaa ketauan sama eommanya Hana kkkkk~ pasti dikira abis ngapa2in deh itu, apalagi liat notenya jongin hahahaha. itu kok nyebelin siiiih minju-_- lagi2 Hana harus sakit hati gara2 nutupin hubungan mereka:( yah edisi galau lagi deh ini:( Hana jadi ragu lg

  15. Shim young says:

    Kakkk aku baru mampir ke blog ini huhuhuhu
    Dan karna emang baru tau ada another story of kaina in here huaaaaa
    Itung2 pengobatan untuk imperfection ya?wkkwkw
    Wahhh aku sedikit bingung ini gmn ya caranya biar tau lanjutan yg berurutan dari setiap series ini? Bingung huee

  16. byunbaek says:

    cie kai pas malem ngapain hana ehem ketauan deh sama emaknya hana wkwkwk, hana salfok? fokus kemana kamu han? wkwkwkwk… mereka mah ya salah paham mulu ksl, pasti ada aja masalahnya, gapapa tapi yg penting seru, btw lanjutan ini yg mana ya?

  17. Nafff says:

    Kasihan sama hana, padahal baru aja romantis2 nya eh sekarang udah galau aja. Itu minju siapa sih? Bikin kesel aja -_- kenapa hana mulai meragukan perasaannya ke jongin? 😦 Jangan sampai break lagi deh, kasihan hana nya 😦

  18. Song hyun in says:

    Hmmmm konfli mereka smkin serius –”
    kalau gw jadi hana juga bklanan sesakit diaa :3

    Jong In keterlaluan :@
    Diprotek lg 😦 sedih rasa-nya…
    Aku ketinggalan beberapa part 😥

  19. ohvee12 says:

    Kalau Kai bilang “Anhi , dia kekasihku” pasti korea gempar karena SM mengkonfirmasi Kai EXO menyusul Baekhyun berkencan wkwkwkwkwk ..
    It’s really like real life of Kim Jongin , kasian Hana –” jong jong jangan nyakitin hati hana terus kan nangis hana jadinya kekekeke~

  20. Dee says:

    hana kenapa? lagi di titik jenuh yah? mulai bosan? :3 emang kasian sih hana, tp yah mau gimana lagi, knp gw ikut mendayu” gini di part ini 😦

  21. flo says:

    Kak ima msh nunggu pw yg dipotek kemarin2 lo T.T ada yg gk dipotek galau -,-
    Uhhh hana
    Emng itu kdng ada titik bosen
    Semangat yaaaa kaiNa polepeel lah

  22. iqohh says:

    Oke. Udah mulai nyes kalo hana ragu kek begini . Mikir ntar kalo hana nyerah gimana? Hana udh kgk sayang ama kai kah? Sumpah kasian ama si kai .hidupnya serba salah

  23. gina kim says:

    Waaahh apa yg terjdi antara hanna dan kai dimalam anniverssary exo ? haha
    Wajar aja sih kalo hanna sedih, kalopun aku jd hanna bakal nangis juga. saat kai jd pacarnya tp dia tidak bisa memberitahu pada dunia. Krn itu beresiko tinggi huhu
    Mau banget yaa dipeluk jongin dri belakang hihi

  24. dyndrakm says:

    Aahhh udahan kek galau2 nyaaaa:((( dooh hana ragu kenapasih…. Emg pasti sakit bgtsih kl dibilang gakenal gt omg.. Itu cewe 2 si halla sama minju genit bgt deh disitu ckckckck jongin terlalu baik sm hoobaenya… Yatapiii namanya jaga image sebagai artis ya pasti hrs gt lah ya gabisa sombong diem gt malah ntr image nya rusak ckckck sabar ya han jgn ragu lg sama jongin!!! Semoga masalah suho jaehee selesai yaaaa cepetan kasian mereka huhuhuhu:(( Keep writing kak ima;))

  25. Khyunpawookie says:

    Iya seh hubungan itu kan gl cma manis2 ajj yh sbar ajj lah KaiNa badai itu gk akan dtng selamanya kok slama klian selalu percaya dn yakin tp apa iya lama2 mrka msh yakin jiahhhhh setan ne muncul hahahahahahah
    Seneng sih hubungan mrka gk smpe tahap break kbnyang klo break mulu hahahah seruuuuu lnjut lagi maraton bacanya hahahahahaha

  26. Wulan says:

    Knp hanna jd ragu…ahhh mereka khan lg swet2 nya hehehehee….jgn menyerah donk..smua yg udh d kewatin 3 taun ini nanti jd sia2…

  27. syafirasl says:

    ouwh..jangan dibikin bertengkar terus dong kak kan kasihan
    untung aja hana nggak marah besar..coba kalo mereka perang dingin lagi..wahh
    maaf bacanya ngebut gara gara ketinggalan banyak
    Keep writing FIGHTING

  28. rahsarah says:

    baru seblmnya pasangan ini buat gue “panas” sekarang udah galau2sn lagiii
    hana mulai goyah lagiiii

    serbasalah si ini kadi jongin huuhhuhu

  29. hanhan31 says:

    Ahhh jangan break lahi dong TT nyeseg bgt pas kai bilang hana itu tersesat, berasa orang asing banget TT tapi dengan mudahnya dia tinggal ke apt hana terus minta maaf😩 kadang suka keset+ kecewa juga sama jongin-,-

Leave a reply to hanhan31 Cancel reply